Rabu, 08 Oktober 2014

Perubahan Payudara pada Masa Kehamilan

PERUBAHAN PAYUDARA PADA MASA KEHAMILAN
Payudara terdiri dari jutaan kelenjar susu yang terdiri atas banyak saluran yang bersatu dan bermuara di puting susu. Perubahan fisik umum terjadi selama masa kehamilan, termasuk pertumbuhan payudara.  Pada awal kehamilan kepekaan puting susu dan peningkatan ukuran payudara terjadi sebagai bagian penyesuaian tubuh yang normal. Pada saat awal kehamilan, payudara tidak mengalami perubahan yang berarti sampai pada awal tirmester ketiga, ketika kelenjar susu mulai aktif. Sejak awal kehamilan, didalam payudara ibu hamil terjadi proses persiapan menyusui, yaitu:
1.       Jumlah kelenjar susu bertambah, sehingga pada bulan ke-2 payudara terasa lebih besar, berisi, kenyal dan lembut.
  1. Hormon  estrogen merangsang pertumbuhan saluran susu.
  2. Hormon progesteron merangsang pembesaran kelenjar.
  3. Payudara progesteron merangsang pembesaran kelenjar.
  4. Payudara mulai memroduksi kolostrum
  5. Benjolan-benjolan kecil disebut tuberkel Montgomery, muncul di aerola (daerah gelap di sekitar puting).
  6. Pembuluh darah vena di payudara lebih terlihat dari luar.
  7. Di akhir trimester pertama, puting dan aerola lebih gelap karena pigmentasi.
Pertumbuhan payudara selama kehamilan disebabkan meningkatnya progesteron dan estrogen. Kedua hormon itu menyebabkan saluran pembuluh darah dan jaringan kelenjar di payudara meluas dan tumbuh dalam persiapan memberikan susu untuk bayi. Ukuran payudara saat hamil bisa bertambah satu atau bahkan dua cup selama kehamilan, terutama bagi ibu  yang sedang hamil bayi pertama. Tanda-tanda pertumbuhan payudara termasuk gatal dan iritasi, mungkin muncul pula stretch mark ringan.
Puting dan areola (daerah gelap sekitar puting susu) juga akan menghitam dan lebih besar. Pertumbuhan payudara selama kehamilan sering disertai dengan meningkatnya kepekaan dan kelembutan payudara.
Tahap Perubahan pada Payudara Selama Masa Kehamilan
Ø  Trimester Pertama
Pada minggu ke-4 ibu akan mengalami nyeri dan pembesaran pada payudara. Mulai minggu ke-20 payudara mulai mensekresi kolostrum.
Ø  Trimester Kedua
Pada trimester kedua payudara mulai mengeluarkan kolostrum.
Ø  Trimester Ketiga
Pada minggu ke-32  payudara terasa penuh dan adanya nyeri tekan pada payudara
Akibat perubahan tersebut, ibu perlu membeli bra khusus 1-2 nomor lebih besar dari sebelum hamil.




DAFTAR PUSTAKA
Buku 2 Asuhan Antenatal. 2003. Jakarta: PUSDIKNAKES-WHO-JHPIEGO



Mastitis atau Infeksi Payudara

KASUS IBU NIFAS DENGAN MASTITIS

Ny. M umur 20 tahun melahirkan anak pertamanya secara normal di bidan dengan kondisi sehat. Ia tinggal bersama suami dan ibu mertuanya di desa yang masih menjunjung adat-adat terdahulu. Hari kedua postpartum ibu mengeluhkan nyeri pada bagian payudara dan tubuh menggigil semalaman. Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, ibu mengalami nyeri otot, sakit kepala, dan keletihan. Tekanan darah ibu 120/80 mmHg, suhu 38’c, nadi 80x/ menit. Dari pemeriksaan diketahui bahwa ibu mengalami mastitis atau infeksi payudara. Pola makan ibu sehari tiga kali namun dengan sayuran kering dan lauk tahu dan tempe saja. Pada siang hari tamu yang mengunjungi selalu banyak dan ramai sehingga ibu tidak bisa istirahat. Pada malam hari bayi sering rewel dan tidak ada yang bisa dimintai bergantian menjaga bayi sehingga ibu kurang tidur di malam hari.

Dari hal-hal tersebut ada beberapa kemungkinan penyebab terjadinya mastitis pada payudara ibu. Adapun faktor yang mempengaruhi dari ibu diketahui bahwa ibu masih enggan memberikan ASI pada bayinya,karena ibu mengalami kelelahan pada siang harinya dan kurang istirahat, karena di desanya masih menganggap bahwa ibu melahirkan tidak boleh tidur siang. Padahal kurang istirahat dan keletihan bisa berpengaruh pada ketidaklancaran pengeluaran ASI. Sedangkan dari faktor sosial secara ekonomi sudah berkecukupan unuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, karena memiliki sawah dan hasil panen sendiri. Akan tetapi dari segi budaya, di desanya masih banyak hal-hal yang sebenarnya tidak bagus dilakukan untuk kesehatan ibu pasca melahirkan namun masih dilestarikan karena adat, seperti tidak boleh mengkonsumsi amis-amis, daging, ikan, telur dan sejenisnya. Menurut kepercayaan orang-orang di desa memakan makananan yang amis serta daging dapat membuat ASI menjadi amis dan darah nifas tidak cepat bersih, padahal kurang protein bisa menghambat pengeluaran ASI dan terjadi infeksi.

infeksi postpartum

INFEKSI POSTPARTUM

Infeksi masa nifas masih merupakan penyebab tertinggi dari Angka Kematian Ibu (AKI). Infeksi luka jalan lahir pasca persalinan, biasanya dari endometrium bekas insersi plasenta. Demam dalam nifas sebagian besar disebabkan oleh infeksi nifas, maka demam dalam nifas merupakan gejala penting dari penyakit ini. Demam dalam nifas selain oleh infeksi nifas dapat juga disebabkan oleh pielitis, infeksi jalan lahir, pernapasan, malaria, dan tifus.
A.    Pengertian
Infeksi postpartum adalah infeksi bakteri pada traktus genitalia, yang terjadi sesudah melahirkan. Morbiditas nifas ditandai dengan kenaikan suhu 38’ c atau lebih, yang terjadi selama 2 hari berturut-turut, antara hari ke 2-10 postparum dan diukur sedikitnya empat kali sehari. Kenaikan suhu ini terjadi sesudah 24 jam pascapersalinan dalam 10 hari pertama masa nifas.
Infeksi nifas setelah pervaginam terutama mengenai tempat implantasi plasenta dan desidua serta miometrium didekatnya. Pada sebagian kasus, duh yang keluar berbau, banyak, berdarah dan kadang-kadang berbusa. Pada kasus lain duh hanya sedikit. Involusi uterus dapat terhambat. Potongan mikroskopis mungkin memperlihatkan lapisan bahan nekrotik di superficial yang mengandung bakteri dan sebukan  leukosit padat.
Sewaktu persalinan, bakteri yang mengkoloni servik dan vagina memperoleh akses ke cairan amnion, dan postpartum bakteri-bakteri ini akan menginvasi jaringan mati di tempat histerektomi. Kemudian terjadi seluletis para metrium dengan infeksi jaringan ikat fibroareolar retroperitonium panggul. Hal ini dapat disbabkan oleh penyebaran limfogen ogranisme dari tempat laserasi servik atau insisi/ laserasi uterus yang terinfeksi. Proses biasanya terbatas jaringan para vagina dan jarang meluas kedalam panggul


B.     Penyebab dan Cara Terjadinya Infeksi
1.    Penyebab Terjadinya Infeksi
Bermacam-macam jalan kuman masuk ke dalam alat kandungan seperti eksogen (kuman datang dari luar), autogen (kuman masuk dari tempat lain dalam tubuh) dan endogen (dari jalan lahir sendiri). Penyebab yang terbanyak dan lebih dari 50% adalah streptococcus anaerob yang sebenarnya tidak patogen sebagai penghuni normal jalan lahir. Kuinan-kuman yang sering menyebabkan infeksi antara lain adalah :
a.       Streptococcus haemoliticus anaerobic
Masuknya secara eksogen dan menyebabkan infeksi berat. Infeksi ini biasanya eksogen (ditularkan dari penderita lain, alat-alat yang tidak suci hama, tangan penolong, infeksi tenggorokan orang lain).

b.      Staphylococcus aureus
Masuknya secara eksogen, infeksinya sedang, banyak ditemukan sebagai penyebab infeksi di rumah sakit dan dalam tenggorokan orang-orang yang nampaknya sehat. Kuman ini biasanya menyebabkan infeksi terbatas, walaupun kadang-kadang menjadi sebab infeksi umum.
c.       Escherichia Coli
Sering berasal dari kandung kemih dan rektum, menyebabkan infeksi terbatas pada perineum, vulva, dan endometriurn. Kuman ini merupakan sebab penting dari infeksi traktus urinarius

d.      Clostridium Welchii
Kuman ini bersifat anaerob, jarang ditemukan akan tetapi sangat berbahaya. Infeksi ini lebih sering terjadi pada abortus kriminalis dan partus yang ditolong oleh dukun dari luar rumah sakit.
2.      Cara Terjadinya Infeksi
a.       Tangan penderita atau penolong yang tetutup sarung tangan pada pemeriksaan dalam atau operasi membawa bakteri yang sudah ada dalam vagina ke dalam uterus. Kemungkinan lain ialah bahwa sarung tangan atau alat-alat yang dimasukkan ke dalam jalan lahir tidak sepenuhnya bebas dari kuman-kuman.
b.      Droplet infeksion. Sarung tangan atau alat-alat terkena kontaminasi bakteri yang berasal dari hidung atau tenggorokan dokter atau pembantu-pembantunya. Oleh karena itu, hidung dan mulut petugas harus ditutup dengan masker.


c.       Infeksi rumah sakit (hospital infection)
Dalam rumah sakit banyak sekali kuman-kuman patogen berasal dari penderita-penderita di seluruh rumah sakit. Kuman-kuman ini terbawa oleh air, udara, alat-alat dan benda-benda rumah sakit yang sering dipakai para penderita (handuk, kain-kain lainnya).
d.      Koitus pada akhir kehamilan sebenarnya tidak begitu berbahaya, kecuali bila ketuban sudah pecah.
e.       Infeksi intrapartum, sering dijumpai pada kasus lama, partus terlantar, ketuban pecah lama, terlalu sering periksa dalam. Gejalanya adalah demam, dehidrasi, lekositosis, takikardi, denyut jantung janin naik, dan air ketuban berbau serta berwarna keruh kehijauan.

C.     Faktor Predisposisi
Faktor predisposisi infeksi postpartum yaitu:
1.      Persalinan lama, khususnya dengan pecah ketuban
2.      Pecah ketuban yang lama sebelum persalinan
3.      Bermacam-macam pemeriksaan vagina selama persalinan, khususnya pecah ketuban
4.      Teknik aseptic tidak sempurna
5.      Tidak memperhatikan teknik mencuci tangan
6.      Manipulasi intrauteri ( misalnya : eksplorasi uteri, pengeluaran plasenta manual)
7.      Trauma jaringan yang luas atau luka terbuka, seperti laserasi yang tidak diperbaiki
8.      Hematoma
9.      Hemoragi, khususnya jika kehilanagn darah lebih dari 1.000 ml
10.  Pelahiran operatif, terutama pelairan melalui SC
11.  Retensi sisa plasenta atau membrane janin
12.  Perawatan perineum tidak memadai
13.  Infeksi vagina/ serviks atau PMS yang tidak ditangani ( misalnya : vaginosis bakteri, klamidia, gonorrhea)

D.    Tanda dan Gejala
Tanda dan gejala infeksi pada umumnya adalah peningkatan suhu tubuh,malaise umum, nyeri, dan lokia berbau tidak sedap. Peningkatan kecepatan nadi dapat terjadi, terutama pada infeksi berat. Interpretasi kultur laboratorium dan sensitifitas pemeriksaan lebih lanjut, dan penanganan memerlukan diskusi serta kolaborasi dengan dokter konsultan.

E.     Tempat-tempat Infeksi pada Masa Nifas
Meskipun infeksi pascapartum terbanyak adalah endometritis, yang jauh lebih umum terjadi setelah pelahiran SC daripada pelahiran pervaginam, adanya laserasi atau traumajaringan dalam saluran genetalia dapat terkena infeksi setelah melahirkan. Selain itu, juga terdapat penyebaran infeksi yang berasal dari infeksi local dan menyebar melalui jalur sirkulasi vena dan limfatik sehingga mengakibatkan infeksi bakteri di tempat yang lebih jauh. Area perluasan infeksi puerperium meliputi selulitis panggul, salpingitis, ooforitis, peritonitis, tromboflebitis panggul dan/ atau femoral, dan bakterimia.

F.      Pencegahan Infeksi Nifas
a.            Masa kehamilan
1). Mengurangi atau mencegah faktor-faktor predisposisi seperti anemia, malnutrisi dan kelemahan serta mengobati penyakit-penyakit yang diderita ibu.
2). Pemeriksaan dalam jangan dilakukan kalau tidak ada indikasi yang perlu.
3). Koitus  pada  hamil  tua hendaknya  dihindari  atau  dikurangi  dan dilakukan hati-hati karena dapat menyebabkan pecahnya ketuban. Kalau ini terjadi infeksi akan mudah masuk dalam jalan lahir.



b.            Selama persalinan
Usaha-usaha   pencegahan   terdiri   atas   membatasi   sebanyak   mungkin masuknya kuman-kuman dalam jalan lahir :
1). Hindari partus terlalu lama dan ketuban pecah lama/menjaga supaya persalinan tidak berlarut-larut.
2). Menyelesaikan persalinan dengan trauma sedikit mungkin. P
3). erlukaan-perlukaan jalan lahir karena tindakan baik pervaginam maupun   perabdominam   dibersihkan,   dijahit   sebaik-baiknya   dan menjaga sterilitas.
4). Mencegah terjadinya perdarahan banyak, bila terjadi darah yang hilang harus segera diganti dengan tranfusi darah.
5).Semua petugas dalam kamar bersalin harus menutup hidung dan mulut dengan masker; yang menderita infeksi pernafasan tidak diperbolehkan masuk ke kamar bersalin.
6). Alat-alat dan kain-kain yang dipakai dalam persalinan harus suci hama.
7). Hindari pemeriksaan dalam berulang-ulang, lakukan bila ada indikasi dengan sterilisasi yang baik, apalagi bila ketuban telah pecah.
c.            Selama Nifas
1). Luka-luka dirawat dengan baik jangan sampai kena infeksi, begitu pula alat-alat dan pakaian serta kain yang berhubungan dengan alat kandungan harus steril.
2). Penderita dengan infeksi nifas sebaiknya diisolasi dalam ruangan khusus, tidak bercampur dengan ibu sehat.
3). Pengunjung-pengunjung dari luar hendaknya pada hari-hari pertama dibatasi sedapat mungkin.

G.    Penanganan dan Pengobatan
1.      Penanganan Umum
a.       Antisipasi setiap kondisi (faktor predisposisi dan masalah dalam proses persalinan) yang dapat  berlanjut menjadi penyulit/komplikasi dalam masa nifas.
b.       Berikan pengobatan yang rasional dan efektif bagi ibu yang mengalami infeksi nifas.
c.        Lanjutkan pengamatan dan pengobatan terhadap masalah atau infeksi yang dikenali pada saat kehamilan ataupun persalinan.
d.       Jangan pulangkan penderita apabila masa kritis belum terlampaui.
e.        Beri catatan atau instruksi tertulis untuk asuhan mandiri di rumah dan gejala-gejala yang harus diwaspadai dan harus mendapat pertolongan dengan segera.
f.        Lakukan tindakan dan perawatan yang sesuai bagi bayi baru lahir, dari ibu yang mengalami infeksi pada saat persalinan. Dan Berikan hidrasi oral/IV secukupnya.

2.      Pengobatan Secara Umum
a.       Sebaiknya segera dilakukan pembiakan (kultur) dan sekret vagina, luka operasi dan darah serta uji kepekaan untuk mendapatkan antibiotika yang tepat dalam pengobatan.,
b.       Berikan dalam dosis yang cukup dan adekuat.
c.        Karena hasil pemeriksaan memerlukan waktu, maka berikan antibiotika spektrum luas (broad spektrum) menunggu hasil laboratorium.
d.       Pengobatan mempertinggi daya tahan tubuh penderita, infus atau transfusi darah diberikan, perawatan lainnya sesuai dengan komplikasi yang dijumpai.

3.      Penanganan Lanjut Infeksi Postpartum :
a.       Suhu harus diukur dari mulut sedikitnya 4 kali sehari.
b.       Berikan terapi antibiotik, Perhatikan diet.
Lakukan transfusi darah bila perlu, Hati-hati bila ada abses, jaga supaya nanah tidak masuk ke dalam rongga perineum

Kamis, 08 Mei 2014

KONSTIPASI PADA KEHAMILAN

KONSTIPASI/ SEMBELIT
A.   DASAR ANATOMIS
·         Terjadi pada trimester kedua dan ketiga
·         Peningkatan kadar progesterone yang menyebabkan peristaltic usus halus menjadi lambat
·         Penurunana motilitas sebagai akibt dari relaksasi otot halus
·         Penyerapan air dari kolon meningkat
·         Tekanan dari uterus yang membesar pada usus
·         Suplementasi zat besi
·         Diet, kurang senam/ latihan, sehingga terjadi penurunan kadar cairan tubuh

B.    CARA MERINGANKAN/ MENCEGAH
·         Tingkatkan intake cairan dan serat dalam diet
·         Konsumsi buah prem atau jus prem
·         Minum cairan dininn atau panas terutama ketika perut kosong
·         Istirahat cukup
·         Senam/ latihan
·         Membiasakan buang air secara teratur
·         Buang air besar segera setelah ada dorongan/ rasa mulas

C.   PENGOBATAN SECARA FARMAKOLOGIS/ PENGOBATAN UNTUK MENGHINDARI
·         Gunakan pembentuk bahan padat ( bongkahan ) atau emollients
·         Hindari minyak mineral, lubrikan, perangsang saline, hiperosmotis, diphenylmethane, Castrol oil

D.   TANDA- TANDA BAHAYA
·         Rasa nyeri hebat di abdomen, tidak mengeluarkan gas ( obstruksi )

·         Rasa nyeri di kuadran kanan bawah ( appendicitis )