Senin, 12 Desember 2016

LITERATUR REVIEW



MAKALAH LITERATUR REVIEW 
MATA KULIAH PENGEMBANGAN PROPOSAL

DOSEN : SITI ROFIAH S.S.T., M.Kes






DISUSUN OLEH :
1.      DARWATI (53)
2.      INA NUR ZAENI ()
3.      RETNO WULANDARI (26)
4.      SAPTO SARI MULYO UTAMI (27)
SMESTER I/  D.IV KELAS NON REGULER PURWOREJO

PRODI D.IV KEBIDANAN MAGELANG JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2016


A.    Latar Belakang
Dalam menulis proposal ataupun laporan hasil kerja dalam bentuk tugas akhir, skripsi, thesis ataupun dalam kegiatan kerja di perusahaan atau masyarakat, studi pustaka ataupun literature review sangat diperlukan untuk memberikan dasar/landasan yang kuat mengenai kenapa kita memilih tema tertentu, kenapa kita menerapkan metode tertentu dan bukan metode yang lainnya atau sekedar memberi dasar/landasan teori yang menjadi fondasi lingkup pekerjaan yang ingin kita laporkan. Tulisan ini mengetengahkan beberapa langkah utama yang mungkin berguna bagi kita dalam mempersiapkan suatu studi pustaka atau literature review. Literature review berisi ulasan, rangkuman, dan pemikiran penulis tentang beberapa sumber pustaka (artikel, buku, slide, informasi dari internet, dll) tentang topik yang dibahas. Literature review yang baik harus bersifat relevan, mutakhir, dan memadai. Landasan teori, tinjauan teori, dan tinjauan pustaka merupakan beberapa cara untuk melakukan literature review.
Laserasi perineum merupakan robekan yang terjadi pada perineum sewaktu proses persalinan. Persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forsep, ekstraksi vakum, versi ekstraksi, kristeller (dorongan pada fundus uteri) dan episiotomi dapat menyebabkan robekan jalan lahir. Laserasi perineum dapat diklasifikasikan berdasarkan derajat laserasi yaitu derajat I, derajat II, derajat III dan derajat IV. Perdarahan postpartum sering terjadi pada laserasi perineum derajat I dan II. Namun pada laserasi derajat I dan II jarang terjadi perdarahan postpartum. Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang bervariasi banyaknya. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina, serviks, dan robekan uterus (Ruptura Uteri). Robekan jalan lahir banyak dijumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun. Pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan risiko rendah mempunyai komplikasi ringan sehingga dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) maupun perinatal.
Berdasarkan bukti ilmiah pijat perineum pada masa kehamilan pada bulan terakhir aman dan dapat diterima. Seorang wanita yang belum pernah melahirkan pervaginam dan mempraktikkan pijat perineum di akhir bulan kehamilannya mengalami trauma perineum lebih sedikit, sebagian besar demam yang disebabkan karena episiotomi, dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan pijat. Wanita yang pernah melahirkan secara pervaginam tidak mengalami penurunan trauma persalinan, namun mereka melaporkan mengalami lebih sedikit rasa nyeri pada tiga bulan postpartum. Tercatat tidak ada perbedaan pada persalinan pervaginam, kepuasan seksual, atau incontinensia uri. ( Cochrane Database : Strength of Recommendation: B, based on inconsistent or  limited-quality patient-oriented evidence.)
B.     Tujuan
Makalah ini akan membahas literatur- literatur yang berkaitan dengan praktik pencegahan ruptur perineum pada persalinan, yang dapat digunakan sebagai bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari perumusan masalah yang ingin diteliti.
C.     Telaah Jurnal

1.       RISET 1

Judul Jurnal
:
Effect of Perineal Massage During Pregnancy on Perineal Trauma : a prospective controlled trial
Penulis
:
Elat Mei-Dan et al
Tahun
:
2006
Sumber
:
Journal compilation 2006, Blackwell Publishing, Inc.
Patient/ Population
( P )
included 234 nulliparous women with a singleton fetus
Intervention
( I )
Women allocated to the study group were instructed to practice a 10 minute perineal massage daily from the 34th week of gestation until delivery
Comparison
( C )
we evaluated the effects of perineal massage on specific tear sites, the severity of perineal tears, and the amount of suture material required for repair
Outcome
( O )
Episiotomy rates, overall spontaneous tears and intact perineum rates were similar in the study and control groups. Women in the massage group had slightly lower rates of first-degree tears (73.3% νs. 78.9%, P = 0.39) and slightly higher rates of second-degree tears (26.7% νs. 19.3%, P = 0.39), although both of these outcomes did not reach statistical significance. The rates of anterior perineal tears were significantly higher in the massage group (9.5% vs. 3%, P = 0.05), whereas internal lateral tears rates were slightly lower but without statistical significance (11.5% νs.13.1%, P = 0.44).
The practice of antenatal perineal massage showed neither a protective nor a detrimental significant effect on the occurrence of perineal trauma
Time/ Theory
( T )
Perineal trauma during childbirth is associated with short and long-term morbidity. Perineal damage may result in urinary and fecal incontinence, painful intercourse, persistent perineal pain, and weakness of the pelvic floor musculature [1,2]. There is considerable variation in the reported rate of perineal trauma because of inconsistency in definition and reporting practices [3]. Episiotomy was proven to be not only ineffective but sometimes even harmful. Strong evidence in support of restricting the use of episiotomy is now well established. However, more studies should address the issue of specific indications [4,5]. Nevertheless, more than half of the women who deliver without an episiotomy still suffer from a tear requiring multilayer closure [6]. In studies of restrictive use of episiotomy, 51–77% of women still sustained trauma that required suturing [3]. Interventions to reduce the risk of episiotomy and perineal tears are needed. Furthermore, women who delivered with an intact perineum reported less perineal pain immediately after delivery and better sexual function 3 months postpartum [7]. Performing a perineal massage by the woman or her partner a few weeks prior to the delivery has been advocated to increase elasticity and reduce the risk of perineal trauma from episiotomy or spontaneous tears [1,2,8]. The effect of perineal massage during pregnancy has been evaluated in a few trials.





a.       Latar Belakang
Wanita lebih sering menderita karena trauma perienum ketika melahirkan. Intervensi untuk meningkatkan kemungkinan keutuhan perineum diperlukan.
Episiotomi membuktikan tidak hanya tidak efektif naum terkadang bahkan berbahaya. Bukti ilmiah yang kuat untuk mendukung penggunaan episiotomi saat ini sedang ditentukan.  Pada penelitian pencegahan penggunaan episiotomi, 51–77% dari wanita masih emnaglami trauma akibat trauma yang memerlukan penjahitan. Intervensi untuk menurunkan risiko dari episiotomi dan robekan perineum diperlukan. Lebih jauh, wanita yang melahirkan dengan perineum yang utuh melaporkan lebih sedikit mengalami nyeri perineum segera setelah melahirkan dan fungsi seksual yang lebih baik pada 3 bulan postpartum. Penelitian dilakukan untuk memenentukan apakah pijat perineum dengan minyak dari usia kehamilan 34 minggu sampai persalinan meningkatkan kesempatan melahirkan perineum yang utuh.  Sebagai objek sekunder, efek pijat perineum pada tempat robekan tertentu, keparahan robekan perineum, dan jumlah jahitan yang dibutuhkan untuk perbaikan robekan akan dievaluasi.

b.      Tujuan Penelitian
Untuk mengevaluasi efektifitas dari pijat perineum selama antenatal dalam meningkatkan kepuasan dari melahirkan dengan  perineum utuh. Penelitian ini diadakan sebagai jawaban untuk meningkatkan pijat perineum pada antenatal dan penilaian pada wanita, bidan dan dokter pada komunitas medis.

c.       Metode Penelitian
Jenis Penelitian
:
single blinded prospective controlled trial
Populasi
:
Penelitian ini menggunakan yang menyertakan 234 wanita nullipara dengan janin tunggal.
1)      Kriteria eksklusi termasuk wanita nulipara pada umur kehamilan 30-34 yang merencanakan persalinan normal di institusi
2)      Kriteria eksklusi terdiri dari riwayat prosedur bedah, kehamilan multi, penggunaaan minyak unutk pijat perineum yang berbeda selama waktu kehamilan, dan kesulitan dalam berkomunikasi.
Intervensi
:
Wanita pada kelompok penelitian diberi instruksi untuk mempraktikkan pijat perineum 10 menit setiap harinya dari usia kehamilan 34 minggu sampai persalinan.
Untuk meningkatkan dan memperkuat pertanyaan yang mungkin muncul, panggilan telepon setiap minggu dibuat oleh koordinator penelitian selama periode penelitian.
Hasil Pengukuran
:
1)      Hasil Primer
Hasil pengukuran primer termasuk derajat episiotomi ; rata-rata robekan perineum derajat satu, dua, tiga dan empat.
2)      Hasil Sekunder
Hasil sekunder yang diharapkan dihubungkan dengan lokasi robekan tertentu dan jumlah material jahitan yang membutuhkan perbaikan

d.      Hasil Penelitian
Secara keseluruhan derajat episiotomi pada robekan spontan dan derajat perineum utuh sama pada kelompok intervensi dan kontrol. Wanita pada kelompok pijat memiliki derajat yang lebih rnedah dari robekan derajat tiga dan derajat yang lebih tinggi dari robekan tingkat dua,  meskipun hasil keduanya tidak mencapai statistik yang signifikan. Derajat dari robekan anterior perineum lebih tinggi secara signifikan pada kelompok pijat, sedangkan derajat robekan internal lateral lebih rendah namun tanpa statistik yang signifikan.

e.       Kesimpulan
Praktik dari pijat perineum antenatal menunjukkan efek yang signifikan pada kejadian taruma perineum.
 
2.      RISET 2

Judul Jurnal
:
Factors Related to Genital Track Trauma in Normal Spontaneous Vaginal Birth
Penulis
:
Leah el Albers et al
Tahun
:
2006
Sumber
:
Journal compilation 2006, Blackwell Publishing, Inc.

Patient/ Population
( P )
over a 38-month period, 1,211 women participated in the study, and 1 of 12 staff certified nurse-midwives in the Department of Obstetrics and Gynecology performed the randomly allocated perineal management technique before conducting the birth.
Intervention
( I )
Women who remained healthy were randomized in labor to one of three perineal management strategies for the second stage of labor: warm compresses to the perineum, massage with lubricant, or hands kept off the perineum until crowning of the infant’s head.
Comparison
( C )
Proportions of maternal characteristics and intrapartum variables were compared in women who did and did not sustain sufficient trauma to warrant suturing, according to parity (first vaginal births versus others)
Outcome
( O )
In women who had a first vaginal birth, risk factors for trauma were maternal education of high school or beyond, Valsalva pushing, and infant birthweight. Risk factors in women having a second or higher vaginal birth were prior sutured trauma and infant birthweight. For all mothers, delivery of the infant’s head between contractions was associated with reduced trauma to the genital tract
Time/ Theory
( T )
Reducing genital tract trauma in childbirth is a priority for women and for their caregivers. Such trauma can cause both short- and long-term problems for new mothers, and may pose therapeutic challenges for caregivers. Short-term problems include blood loss, need for suturing, and perineal pain. Long-term problems may include extended pain and various functional difficulties, such as bowel, urinary, and sexual problems (5,7). Intrapartum care designed to lower trauma rates, beyond restricting the use of episiotomy, would therefore benefit many new mothers.

a.       Latar Belakang
Di Amerika Serikat setiap tahunnya  sekitar 3 milyar wanita melahirkan pervaginam, sebagian besar dari mereka mengalami trauma jalan lahir dari episiotomi, robekan spontan maupun keduanya. Selama lebih dari 25 tahun, data nasional menunjukkan bahwa penggunaan episiotomi menurun , namun perbaikan dari laserasi obstetrik meningkat di waktu yang sama. Meski begitu, efek bersih dari penurunan penggunaan episiotomi berarti berkurangnya keseluruhan trauma, dan lebih sedikit trauma parah, seperti robekan pada anus, otot sfingter dan rektum.
Wanita yang menjadi ibu untuk pertama kali diketahui lebih besar menderita trauma pada jalan lahir dalam persalinan daripada wanita yang sudah pernah melahirkan sebelumnya, umumnya menerima proporsi episiotomi lebih tinggi dan robekan spontan lebih sering, termasuk laserasi derajat tiga dan empat. Memiliki riwayat persalinan yang sama sebelumnya dapat mempengaruhi risiko laserasi pada persalinan berikutnya. Penelitian terhadap tiga studi menggunakan analisis data retrospektif telah mengidentifikasi kenaikan lipat tiga risiko dari trauma berulang pada persalinan yang akan datang, untuk semua trauma dan terutama untuk laserai derajat tiga- sampai empat.

b.      Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian adalah untuk mengidentifikasi faktor maternal dan klinis yang berhubungan dengan trauma genital pada persalinan normal dan spontan.

c.       Metode Penelitian

Jenis Penelitian
:
Analisis data retrospektif
Populasi
:
1.211 wanita hamil diatas periode 38 bulan dan 1 dari 12 staf bersertifikat keperawatan-kebidanan di Departemen Obstetrik dan Ginekologi menyelenggarakan ruang untuk manajemen teknik perineum secara acak sebelum memimpin persalinan
Intervensi
:
Wanita yang tetap sehat saat persalinan dibagi secara acak untuk memperoleh satu dari tiga strategi manajemen teknik perineum pada kala II persalinan : kompres hangat pada perineum, pijat dengan lubrikan, atau tangan menjauhi perineum sampai kepala bayi crowning.
Hasil Pengukuran
:
1.      Dibandingkan wanita yang baru pertama kali melahirkan, sebagian besar multipara mengalami trauma jahitan pada persalinan sebelumnya
2.      Sebagian besar trauma yang dialami wanita adalah kecil dan tidak membutuhkan penjahitan
3.      Proporsi karakteristik dari maternal dan intrapartum dengan penjahitan dan tidak dijahit :

4.      Empat varieabel tetap secara statistik signifikan sebagai independen prediksi dari trauma jahitan pada persalinan pertama : pendidikan maternal yang baik,dorongan valsava, dan berat badan bayi meningkatkan risiko, dan melahirkan bayi diantara kontraksi adalah melindungi ( menurunkan risiko ).
Pada multipara, prediksi statistik yang signifikan dari trauma jahitan adalah trauma jahitan itu sendiri, berat badan janin yang besar, dan lagi, melahirkan kepala bayi diantara kontraksi dapat melindungi

d.      Hasil Penelitian
Pada wanita yang baru pertama kali melahirkan, faktor risiko dari trauma adalah tingkat pendidikan, penekanan valsava, dan berat badan bayi. Faktor risiko pada  wanita yang sudah pernah melahirkan dua kali atau lebih adalah trauma jahitan dan berat badan bayi. Pada semua wanita, melahirkan kepala bayi diantara kontraksi telah dihubungkan dengan pengurangan trauma pada jalan lahir.

e.       Kesimpulan
Teknik persalinan yang tidak terburu-buru dan terkontrol dapat mengurangi trauma obstetrik pada persalinan normal dan spontan.

3.      RISET 3

Judul Jurnal
:
The Effect of Perineal Management Technique on Labor Complication
Penulis
:
Farida Fahami et al
Tahun
:
2012
Sumber
:
Iranian Journal of Nursing and Midwifery Research

Patient/ Population
( P )
99 primiparous women who referred to Daran Hospital, Isfahan, Iran for normal vaginal delivery in 2009
Intervention
( I )
hands-off technique and perineal massage with lubricant. A questionnaire was used to determine the demographic characteristics of the participants and complications after birth. The short form of McGill Pain Questionnaire and the visual analogue scale for pain were also employed. The incidence and degree of perineal tears were evaluated immediately after delivery. Moreover, the incidence and severity of perineal pain were assessed 24 hours and also 6 weeks after delivery. Findings
Comparison
( C )
The subjects were selected using a convenient method and randomly assigned to three groups of Ritgen maneuver, hands-off technique and perineal massage with lubricant
Outcome
( O )
Hands-off technique during parturition of the neonate's head was associated with fewer complications after delivery. It was even better than perineal massage during the parturition
Time/ Theory
( T )
Perineal pain after childbirth and its side effects are seen in 26.3% of women. These issues may last for 8 to 24 weeks after the delivery, or even a year after childbirth. The prevalence of genital and pelvic pain after the delivery is listed from 5% to 33%.. Genital injuries can have a major impact on the physical and mental health of mothers. In addition, the case encompasses anxiety, depression and negative view towards the pregnancy. Women may feel that they are unable to express their problem very well and seeking medical attention in this field can be avoided

a.       Latar Belakang
Banyak wanita menderita trauma perineum selama proses persalinan normal. Trauma perineum biasanya berhubungan dengan rasa sakit dan komplikasi setelah melahirkan. Teknik manjemen perineum dapat berperan secara signifikan dalam mengurangi trauma perineum seperti manuver Ritgen, non- touching and touching baby’s head’s selama persalinan, non-touching perineal, pijat perineum, kompres hangat pada perineum, dan pijat perineum dengan lubrikan.
Sejauh ini metode yang efektif terhadap penelitian belum jelas, oleh karena itu peneliti ingin mengadakan penelitian dengan tujuan untuk membandingkan pengaruh yang kuat terhadap efek samping setelah melahirkan dengan tujuan untuk memperoleh tujuan yang diinginkan : untuk menentukan frekuensi relatif dari laserasi perineum, distribusi frekuensi relatif dari nyeri perineum pada 6 minggu setelah postpartum dan intensitas rata-rata nyeri perineum 6 minggu setelah postpartum dalam tiga kelompok :  non-touching perineal, Ritgen maneuver dan pijat dengan lubrikan.

b.      Tujuan Penelitian
Penelitian ini ditujukan untuk membandingkan efek manajemen teknik perineum ( teknik hands-off, manuver Ritgen dan pijat perineum menggunakan lubrikan selama persalinan ) terhadap komplikasi persalinan.

c.       Metode Penelitian

Jenis Penelitian
: quasi-experimental clinical trial
Populasi
: 99 wanita primipara  yang menunjuk Rumah Sakit Daran, Isfahan, Iran untuk persalinan normal tahun 2009
1)      Kriteria inklusi meliputi :
Usia maternal dari 18 sampai 35 tahun, primipara, janin tunggal, usia kehamilan 37-41 minggu, perkiraan bert badan lahir bayi kurang dari 4000g, dilatasi servik 7-8 cm, tidak ada cairan ketuban, kulit ketuban pecah secara spontan sebelum fase aktif perssalinan,  kurang persiapan perineum selama kehamilan ( pijat perineum pada 4 minggu akhir kehamilan, mengikuti kelas persiapan persalinan, melakukan latihan atau olahraga seperti para profesional ), kemungkinan penyulit persalinan, risiko preeklamsi, tidak ada penyakit kronis pada ibu, tidak ada lesi yang nyata seperti varises parah  pada vena atau hematoma pada vulva atau perineum,gejala infekfi vagina dan herpes genetalia, tidak menggunakan opioid, penggunaan gas entonox unutk penghilang nyeri persalinan, tidak membutuhkan episiotomi).
2)      Kriteria eksklusi meliputi : kemajuan persalinan yang kurang, fetal distres pada kala II persalinan di tiga kelompok, penggunaan vacum atau forsep pada persalinan, terjadi oedema atau ruam, penarikan diri dari persekutuan penelitian.
Intervensi
: kelompok pertama diberikan intervensi manuver Ritgen, kelompok kedua diberikan manajemen perineal-no touching sampai kepala bayi crowing, dan kelompok ketiga diberikan intervensi pijat perineum dengan lubrikan 5-10 menit selama dan diantara tekanan pada ibu tanpa memperhatikan posisi ibu
Hasil Pengukuran
: 
1)      81.8% 9 (27 pasien) pada perineal non-touching group mengalami robekan perineum spontan, dan 18.2%  (6 pasien) mengalami perineum yang utuh. 97.0%  (32 pasien) dalam kelompok manuver Ritgen mengalami robekan spontan dan hanya satu pasien yang mengalami perineum utuh. Sedangkan pada kelompok dengan pijat menggunakan lubrikan 78.8% (26 pasien ) mengalami robekan perineum spontan dan 21.2% (7 pasien) mengalami perineum yang utuh.
2)      Skor nyeri perineum pada 24 jam pertama setelah persalinan, pada kelompok non-touching group adalah 3.75  (SD = 2.30), 6.18 pada  Ritgen maneuver group  (SD = 2.03) dan pada pijat dengan lubrikan hasilnya 4.54 (SD = 2.52). Uji ANOVA menunjukkan bahwa rata-rata skor nyeri perineum pada 24 jam pertama setelah persalinan pada kelompok manuver Ritgen lebih signifikan dibandingkan kelopmok lainnya.
3)      Pada kelompok perineal non-touching, 15 pasien (45.5%) merasakan nyeri pada perineum dan area genitalia selama aktifitas sehari-hari, 18 pasien (54.5%) tidak mengalami nyeri pada area tersebut, sedangkan nyeri pda kelompok manuver Ritgen terbanyak yaitu 25 pasien (75.8%) dan 14 pasien (42.4%) pada kelompok pijat dengan lubrikan. Hasil uji dengan The chi-square test diantara kedua kelompok menunjukkan bahwa prevalensi dari nyeri pada kelompok manuver Ritgen lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kelompok lainnya, namun perbedaan diantara kelompok perineal non touching dan pijat dengan lubrikan tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
4)      Pada uji ANOVA terhadapa tiga kelompok perlakuan menunjukkan bahwa skor rata-rata nyeri perineum di 6 minggu setelah persalinan pada manuver Ritgen lebih baik secara signifikan dibanding kedua kelompok lainnya, namun antara kelompok perienal non- touching dan pijat dengan lubrikan tidak terdapat hasil statistik yang signifikan.

d.      Hasil Penelitian
Pada kelompok manuver Ritgen, frekuensi robekan, frekunesi relatif pada derajat robekan, keparahan nyeri perineum setelah 24 jam persalinan  dan nyeri perineum yang parah pada 6 minggu setelah persalinan secara signifikan berbeda dibandingkan dua metode lainnya.

e.       Kesimpulan
Teknik Hands-off  selama kelahiran kepala bayi dihubungkan dengan komplikasi yang sedikit setelah kelahiran. Hal ini lebih baik daripada pijat perineum selama persalinan.

4.      RISET 4
Judul Jurnal
:
Antenatal Perineal Massage for Reducing Perineal Trauma (Review)
Penulis
:
Beckmann MM, Stock OM
Tahun
:
2013
Sumber
:
Cochrane Database of Systematic Review

Patient/ Population
( P )
All pregnant women who are planning vaginal birth and have undertaken digital perineal massage for at least the last four weeks of pregnancy.
Intervention
( I )
Any described method of perineal massage undertaken by women and/or her partner
Comparison
( C )
extracted data from the included studies and assessed study quality
Outcome
( O )
Antenatal digital perineal massage was associated with an overall reduction in the incidence of trauma requiring suturing (four trials, 2480 women, risk ratio (RR) 0.91 (95% confidence interval (CI) 0.86 to 0.96), number needed to treat to benefit (NNTB) 15 (10 to 36)) and women practicing perineal massage were less likely to have anepisiotomy (four trials, 2480 women, RR 0.84 (95% CI 0.74 to0.95), NNTB21 (12 to 75)). These findings were significant for women without previous vaginal birth only. No differences were seen in the incidence of first- or second-degree perineal tears or third-/fourth-degree perineal trauma. Only women who have previously birthed vaginally reported a statistically significant reduction in the incidence of pain at three months postpartum (one trial, 376 women, RR 0.45 (95% CI 0.24 to 0.87) NNTB 13 (7 to 60)). No significant differences were observed in the incidence of instrumental deliveries, sexual satisfaction, or incontinence of urine, faeces or flatus for any women who practised perineal massage compared with those who did not massage.
Time/ Theory
( T )
The potential morbidity associated with vaginal birth is concerning. Considering these factors, any method proven to reduce the likelihood of sustaining genital tract trauma (and therefore delivery-associated morbidity) is to be
commended. Preventing even some of this childbirth trauma is likely to benefit large numbers of  women. It may also result in cost savings in terms of less suturing, drugs and analgesics. Some have advocated the use of perineal massage antenatally in decreasing the incidence of perineal trauma during vaginal birth. It is proposed that perineal massage may increase the flexibility of the perineal muscles and therefore, decrease muscular resistance, which would enable the perineum to stretch at delivery without tearing or needing episiotomy

a.       Latar Belakang
Trauma perineum pada persalinan normal dapat dihubungkan secara signifikan terhadap nyeri kesakitan jangka pendek dan jangka panjang. Pijat perineum pada masa kehamilan telah disetujui sebagai satu metode untuk mengurangi kejadian trauma perineum. Kesakitan akibat trauma perineum dapat dialami pada wanita dengan ruptur perineum, yang bisa timbul beberapa hari setelah persalinan dan bisa menetap sampai 3 bulan pasca persalinan.

b.      Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui efek pijat perineum pada kejadian trauma persalinan dan kesakitan yang timbul setelahnya.

c.       Metode Penelitian

Jenis Penelitian
:
Randomised Controlled Trials
Populasi
:
Semua wanita hamil yang merencanakan persalinan normal dan telah melakukan pijat perineum dalam 3-4 minggu terakhir sebelum persalinan

Intervensi
:
metode pijat perineum yang dilakukan oleh ibu hamil/ suami
Hasil Pengukuran
:
1)      Hasil Primer :
          (a)        Trauma perineum yang membutuhkan penjahitan;
         (b)        Trauma perineum derajat satu;
          (c)        Robekan derajat dua
         (d)       Trauma perineum derajat 3-4;
          (e)        Kejadian episiotomi

2)      Hasil Sekunder :
          (a)        Lama kala II;
          (b)        Instrumental delivery;
          (c)        Length of inpatient stay;
          (d)       Admission to nursery;
          (e)        Apgar< 4 pada menit pertama/ < 7 pada 5 menit
          (f)        Kepuasan wanita;
          (g)        Nyeri perineum postpartum
          (h)        Ongoing perineal pain postpartum;
           (i)         Nyeri seksual postpartum;
           (j)         Kepuasan seksual postpartum;
          (k)        Miksi yang tidak terkontrol/ terkendali postpartum;
           (l)         Kentut/ feses yang tidak terkontrol pada postpartum

d.      Hasil Penelitian
Pijat perineum pada antenatal berhubungan dengan semua pengurangan terhadap kejadian trauma dan pada wanita yang mempraktekkan pijat perineum lebih sedikit mengalami episiotomi. Tidak terdapat perbedaan pada kejadian robekan perineum derajat satu-dua-tiga- atau empat. Hanya wanita yang sudah pernah melahirkan sebelumnya yang melaporkan penurunan yang signifikan pada kejadian nyeri organ persalinan pada 3 bulan postpartum. Tidak ada perbedaan signifikan pada penelitian yang berkaitan dengan kejadian pada organ persalinan, kepuasan seksual, atau inkontinensia uri, feses atau kentut pada wanita yang melakukan pijat perineum maupun yang tidak melakukan.

e.       Kesimpulan
Pijat perineum pada masa antenatal di akhir kehamilan efektif untuk mencegah terjadinya trauma/ ruptur perineum dan mencegah kesakitan.



5.      RISET 5
Judul Jurnal
:
Manual Perineal Support at the Time of Childbirth: a systematic review and meta analysis
Penulis
:
Bulchandani et al
Tahun
:
2015
Sumber
:
British Journal Obstetric & Gynecology

Patient/ Population
( P )
Published randomised controlled trials (RCTs) and non-randomised studies (NRSs) evaluating any ‘hands on’ perineal support technique during childbirth.
Intervention
( I )
Meta-analysis or RCTs and NRSs
Comparison
( C )
the effect of routine ‘hands on’/manual perineal support (MPS) during childbirth, versus ad hoc/no perineal support (‘hands off/poised’), on the risk and degree of perineal trauma
Outcome
( O )
We included five RCTs and seven NRSs in the review. Meta-analysis of RCTs did not demonstrate a statistically significant protective effect of MPS on the risk of OASIS (three studies, 6647 women; relative risk, RR 1.03; 95% confidence interval, 95% CI 0.32–3.36; statistical test for heterogeneity I2 = 71%).
Meta-analysis of NRSs showed a significant reduction in the risk of OASIS with MPS (three studies, 74 744 women; RR 0.45; 95% CI 0.40–0.50; I2 = 32%).
Time/ Theory
( T )
Genital tract trauma is common with vaginal births and is associated with significant morbidity, particularly with obstetric anal sphincter injuries (OASIS). Debate continues regarding the effectiveness of perineal support during childbirth in reducing the risk of trauma.
Perineal trauma is associated with considerable shortand long-term morbidity. The risk and severity of complications is proportional to the extent of the trauma.10,11 Despite identification and repair, postpartum complications such as perineal pain and faecal incontinence have a higher prevalence following OASIS




a.       Latar Belakang
Trauma jalan lahir merupakan trauma yang umum pada persalinan pervaginam dan dihubungkan dengan morbiditas yang signifikan terutama dengan luka obstetrik dan sfingter / obstetric anal sphincter injuries (OASIS). Perdebatan masih terus terjadi tentang efektifitas bantuan pada perineum selama persalinan di dalam mengurangi risiko trauma.
Risiko dari trauma perineum berkelanjutan pada persalinan terkait beberapa faktor. Beberapa ditentukan pre-persalinan, seperti faktor demografi, nutrisi, etnik/ ras, level kegiatan fisik, paritas, dan ukuran dari bayi. Terdapat beberapa intervensi intrapartum yang dapat memodifikasi risiko ini, seperti posisi ibu saat melahirkan, pijat perineum, kompres hangat, pilihan peralatan yang berlaku untuk persalinan pervaginam, kebijakan episiotomi, dan bantuan manual ( dengan tangan ) pada perineum.
Manual Perieneal Support / bantuan menahan perineum dengan tangan umum disebut sebagai teknik “ hands on / menahan “ oleh para klinisi, dengan variasi bermacam yang dipraktikkan mendunia, diantaranya terdapat teknik fleksi dan manuver Ritgen ( atau modifikasi keduanya ). Teknik tersebut dipercaya dapat menurunkan trauma perineum dengan memperlambat penurunan lahirnya kepala bayi, dan dengan mengurangi presentasi diameter. MPS terus menerus menjadi poin debat diantara profesional maternitas pelayanan kesehatan, dengan kebijakan beberapa anjuran “ hands on “ dan anjuran lain ”hands off/ lepas tangan “. Adanya ketidaksesuaian tersebut membingungkan praktisi kesehatan dan merugikan pada wanita yang ingin memutuskan pilihan pelayanan kesehatan.

b.      Tujuan Penelitian
Review ini bertujuan untuk menilai efek dari bantuan manual perineum atau ‘hands on’/manual perineal support (MPS) selama kelahiran, dibandingkan dengan  tanpa bantuan tangan (‘hands off/poised’), terhadap risiko dan derajat trauma perineum.






c.       Metode Penelitian

Jenis Penelitian
:
Review sistematik dan Meta-analysis
Populasi
:
Wanita yang memiliki persalinan pervaginam dengan bayi tunggal setelah usia kehamilan 32 minggu dengan presentasi cephal di masukkan dalam meta-analysis. Semua RCTs terkecuali persalinan SC, sedangkan SC dimasukkan dalam non randomizsed Studies ( NRSs)
Intervensi
:
memasukkan semua publikasi randomised controlled trials (RCTs) dan non-randomised studies (NRSs) untuk evaluasi MPS (‘hands on’) policies dibandingkan dengan versus ad hoc or no MPS (‘hands off/poised’) selama kala II persalinan.
Hasil Pengukuran
:
Meta-analysis dari RCTs tidak menunjukkan efek perlidungan yang secara statistik signifikan dari manual perineum support terhadap risiko OASIS (Tiga penelitian, 6647 women; relative risk, RR 1.03; 95% confidence interval, 95% CI 0.32–3.36; statistical test for heterogeneity I2 = 71%). Meta-analysis dari NRSs menunjukkan penurunan yang signifikan terhadap risiko OASIS dengan teknik manual perineum support (tiga penelitian, 74 744 women; RR 0.45; 95% CI 0.40–0.50; I2 = 32%)

d.      Hasil Penelitian
Meta-analysis dari tiga RCTs (6647 wanita) menunjukkan bahwa efek perlindungan dari kebijakan “ hands on “ terhadap risiko OASIS tidak mencapai statistik yang signifikan.  Yang menarik, pada analisa NRS meta-analysis dari tiga studi  (74 744 wanita) menunjukkan penurunan statistik yang signifikan terhadap risiko OASIS dengan metode MPS secara rutin.

e.       Kesimpulan
Bukti ilmiah yang ada belum cukup untuk dijalankan sebagai perubahan dalam praktik. Kekuatan Randomized trial yang adekuat dengan sebuah kemampuan desain untuk evaluasi intervensi lengkap yang diadopsi sebagai bagian dari kebijakan MPS, memastikan persalinan terkontrol, sangat dibutuhkan.

D.    Pembahasan
Berdasarkan telaah bukti-bukti ilmiah menyatakan bahwa pijat perineum pada masa antenatal di bulan terakhir kehamilan adalah aman dan dapat diterima. Seorang wanita yang belum pernah melahirkan pervaginam dan mempraktikkan pijat perineum di akhir bulan kehamilannya dapat mengalami trauma perineum lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan pijat. Wanita yang pernah melahirkan secara pervaginam tidak mengalami penurunan trauma persalinan, namun mereka melaporkan mengalami lebih sedikit rasa nyeri pada tiga bulan postpartum. Tercatat tidak ada perbedaan pada persalinan pervaginam, kepuasan seksual, ataupun incontinensia uri.
Analisa pada bagian kelompok menunjukkan bahwa wanita yang mempraktikkan pijat dengan frekuensi lebih sering lebih sedikit melaporkan rasa nyeri. Tambahan, wanita dengan persalinan berulang melaporkan sedikit kejadian nyeri pada tiga bulan postpartum. Terdapat bukti bahwa pijat perineum dapat menurunkan kejadian nyeri setelah postpartum tiga bulan, paling tidak diantara wanita yang pernah memiliki riwayat persalinan pervaginam.
Wanita dengan trauma perineum lebih sering menunjukkan nyeri jangka pendek dan ketidaknyamanan postpartum, seperti dispareunia, dibandingkan dengan wanita yang melahirkan dengan perineum yang utuh/ tidak robek. Oleh karena itu, bermacam variasi telah dievaluasi untuk mengurangi trauma perineum.
Faktor risiko yang mempengaruhi trauma pada perineum diantaranya yaitu tingkat pendidikan, penekanan valsava, dan berat badan bayi. Faktor risiko pada  multipara maupun grande multipara adalah trauma jahitan dan berat badan bayi.Pada semua wanita, melahirkan kepala bayi diantara kontraksi berhubungan dengan pengurangan trauma pada jalan lahir.
Pada penelitian yang membandingkan efek manajemen teknik perineum ( teknik hands-off, manuver Ritgen dan pijat perineum menggunakan lubrikan selama persalinan ) terhadap komplikasi persalinan, diperoleh kesimpulan bahwa manuver Ritgen lebih bagus secara signifikan dalam mengurangi trauma dan robekan perineum dilihat dari frekuensi relatif laserasi perineum, distribusi frekuensi relatif dari nyeri perineum pada 6 minggu setelah postpartum dan intensitas rata-rata nyeri perineum dibandingkan manajemen pijat perineum dengan lubrikan dan metode tanpa intervensi pada perineum sebelum kepala bayi crwoning (perineal non-touching).
Menurut penelitian tentang pijat perineum untuk mengurangi trauma perineum menunjukkan hasil bahwa pijat perineum pada antenatal berhubungan dengan semua pengurangan terhadap kejadian trauma dan pada wanita yang mempraktekkan pijat perineum lebih sedikit mengalami episiotomi.Namun respon efektifitas yang signifikan dari pijat perineum lebih dirasakan oleh wanita multipara atau grande multipara  karena sebelumnya sudah pernah menagalami traum adan robekan perineum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pijat perineum pada masa antenatal di akhir kehamilan efektif untuk mencegah terjadinya trauma/ ruptur perineum dan mencegah kesakitan.
Menurut hasil penelitian pijat perineum tidak berhubungan dengan kejadian pada organ persalinan, kepuasan seksual, atau inkontinensia uri, feses atau kentut pada wanita yang melakukan pijat perineum maupun yang tidak melakukan pijat.
Pada sebuah penelitan lain mengenai efek dari bantuan manual perineum atau ‘hands on’/manual perineal support (MPS) selama kelahiran, dibandingkan dengan  tanpa bantuan tangan (‘hands off/poised’), terhadap risiko dan derajat trauma perineum diperoleh kesimpulan bahwa teknik manual perineal support lebih signifikan untuk mengurangi risiko trauma dan derajat robekan pada perineum selama persalinan dibandingkan dengan teknik hands off.


11 komentar:

  1. Thank you for your cooperation, hopefully it can pay off.
    Biaya Operasi Tumor Rahang

    BalasHapus
  2. The article that you created is very helpful. Let's see our website.

    Umpan Jitu Ikan Bawal Galatama Malam Hari

    BalasHapus