Rabu, 08 Oktober 2014

Mastitis atau Infeksi Payudara

KASUS IBU NIFAS DENGAN MASTITIS

Ny. M umur 20 tahun melahirkan anak pertamanya secara normal di bidan dengan kondisi sehat. Ia tinggal bersama suami dan ibu mertuanya di desa yang masih menjunjung adat-adat terdahulu. Hari kedua postpartum ibu mengeluhkan nyeri pada bagian payudara dan tubuh menggigil semalaman. Pada pemeriksaan fisik terdapat nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, ibu mengalami nyeri otot, sakit kepala, dan keletihan. Tekanan darah ibu 120/80 mmHg, suhu 38’c, nadi 80x/ menit. Dari pemeriksaan diketahui bahwa ibu mengalami mastitis atau infeksi payudara. Pola makan ibu sehari tiga kali namun dengan sayuran kering dan lauk tahu dan tempe saja. Pada siang hari tamu yang mengunjungi selalu banyak dan ramai sehingga ibu tidak bisa istirahat. Pada malam hari bayi sering rewel dan tidak ada yang bisa dimintai bergantian menjaga bayi sehingga ibu kurang tidur di malam hari.

Dari hal-hal tersebut ada beberapa kemungkinan penyebab terjadinya mastitis pada payudara ibu. Adapun faktor yang mempengaruhi dari ibu diketahui bahwa ibu masih enggan memberikan ASI pada bayinya,karena ibu mengalami kelelahan pada siang harinya dan kurang istirahat, karena di desanya masih menganggap bahwa ibu melahirkan tidak boleh tidur siang. Padahal kurang istirahat dan keletihan bisa berpengaruh pada ketidaklancaran pengeluaran ASI. Sedangkan dari faktor sosial secara ekonomi sudah berkecukupan unuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, karena memiliki sawah dan hasil panen sendiri. Akan tetapi dari segi budaya, di desanya masih banyak hal-hal yang sebenarnya tidak bagus dilakukan untuk kesehatan ibu pasca melahirkan namun masih dilestarikan karena adat, seperti tidak boleh mengkonsumsi amis-amis, daging, ikan, telur dan sejenisnya. Menurut kepercayaan orang-orang di desa memakan makananan yang amis serta daging dapat membuat ASI menjadi amis dan darah nifas tidak cepat bersih, padahal kurang protein bisa menghambat pengeluaran ASI dan terjadi infeksi.

A.    Pengertian Mastitis
Mastitis adalah infeksi peradangan pada mamma, terutama pada primipara yang biasanya disebabkan oleh staphylococcus aureus, infeksi terjadi melalui luka pada putting susu, tetapi mungkin juga mungkin juga melalui peredaran darah (Prawirohadjo, 2005 : 701).
Mastitis adalah reaksi sistematik seperti demam, terjadi 1-3 minggu setelah melahirkan sebagai komplikasi sumbatan saluran air susu (Masjoer, 2001 : 324). Pada kasus mastitis ini biasanya tidak segera ditangani, jika mastitis tidak segera ditangani menyebabkan abses payudara yang biasa pecah kepermukaan kulit dan akan menimbulkan borok yang besar.
Pada mastitis biasanya yang selalu dikeluhkan adalah payudara membesar, keras, nyeri, kulit murah dan membisul (abses) dan yang pada akhirnya pecah menjadi borok disertai dengan keluarnya nanah bercampur air susu, dapat disertai dengan suhu badan naik, menggigil. Jika sudah ditemukan tanda-tanda seperti ini maka pemberian ASI pada bayi jangan dihentikan, tetapi sesering mungkin diberikan.
Mastitis ini biasanya diderita oleh ibu yang baru melahirkan dan menyusui. Radang ini terjadi karena si ibu tidak menyusui atau putting payudaranya lecet karena menyusui. Kondisi ini bisa terjadi pada satu atau kedua payudara sekaligus. Namun, tidak semua perempuan dapat terkena mastitis. Banyak faktor yang menyebabkan perempuan menderita penyakit ini. Diantaranya adalah daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan puting payudara saat menyusui.
B.     Etiologi Terjadinya Mastitis
1.      Bakteri stafilokokkus aureus
a.       Pada umumnya yang dianggap porte d’entrĂ©e dari kuman penyebab ialah putting susu yang luka atau lecet, dan kuman per-kontinuitatum menjalar ke duktulus-duktulus dan sinus. Sebagian besar yang ditemukan pada pembiakan pus ialah stafilokokkus aureus.
b.      Bakteri seringkali berasal dari mulut bayi dan masuk ke dalam saluran air susu melalui sobekan atau retakan di kulit (biasanya pada puting susu). Mastitis biasanya terjadi pada wanita yang menyusui dan paling sering terjadi dalam waktu 1-3 bulan setelah melahirkan. Sekitar 1-3% wanita menyusui mengalami mastitis pada beberapa minggu pertama setelah melahirkan.
2.             Daya tahan tubuh yang lemah dan kurangnya menjaga kebersihan puting payudara saat menyusui
3.             Saluran ASI tersumbat tidak segera diatasi sehingga menjadi mastitis

C.     Penyebab Mastitis
Penyebab terjadinya mastitis sebagai berikut:
1.      Bayi tidak mau menyusu sehingga ASI tidak diberikan secara adekuat yang akan   menyebabkan mastitis jika tidak segera ditangani.
2.       Lecet pada puting susu yang menyebabkan kuman staphylococcus aureus masuk menyebabkan infeksi mastitis
3.      Personal higiene ibu kurang, terutama pada puting susu
4.      Bendungan air susu yang tidak adekuat di tangani sehingga menyebabkan mastitis
5.    Bra yang terlalu ketat mengakibatkan segmental engorgement, jika tidak disusui dengan adekuat, maka bias terjadi mastitis
6.    Ibu yang dietnya buruk, kurang istirahat, dan anemia akan mudah terkena infeksi

D.     Tanda dan Gejala
Selain pembesaran berat, prekursor tanda dan gejala mastitis biasanya tidak ada sebelum akhir minggu pertama pasca partum. Setelah masa itu, wanita mungkin mngelami gejala berikut ini :
1.      Nyeri ringan pada salah satu lobus payudara, yang diperberat jika bayi menyusui.
2.       Gejala seperti flu : nyeri otot, sakit kepala, keletihan.
Mastitis hampir selalu terbatas pada satu payudara. Tanda dan gejala aktual mastitis meliputi hal – hal sebagai berikut :
1.      peningkatan suhu yang cepat dari (39,5 – 40 oC)
2.      Peningkatan kecepatan nadi
3.      Mengigil
4.      Malaise umum, sakit kepala
5.      Nyeri hebat, bengkak, inflamasi, area payudara keras

Mastitis yang tidak ditangani memiliki hampir 10% resiko terbentuknya abses.
Tanda dan gejala abses meliputi hal – hal berikut :
1.      Discharge putting susu purulenta
2.      Demam remiten ( suhu naik turun ) disertai mengigil
3.      Pembengkakan payudara dan sangat nyeri, massa besar dan keras dengan area kulit berwarna berfluktasi kemerahan dan kebiruan mengindikasikan lokasi abses berisi pus.
E.     Pencegahan
Penanganan terbaik mastitis adalah dengan pencegahan. Pencegahan dilakukan dengan cara sebagai berikut :
1.      Perawatan puting susu atau perawatan payudara
2.      Susukan bayi setiap saat tanpa jadwal
3.      Pembersihan puting susu sebelum dan sesudah menyusui untuk menghilangkan kerak dan susu yang sudah kering
4.      Teknik menyusui yang benar, bayi harus menyusu sampai ke kalang payudara.
5.      Bra yang cukup meyangga tetapi tidak ketat
6.      Perhatian yang cermat saat mencuci tangan dan perawatan payudara
7.      Kompres hangat pada area yang terkena
8.       Masase area saat menyusui untuk memfasilitasi aliran air susu
9.      Peningkatan asupan cairan
10.  Istirahat
11.  Membatu ibu menentukan prioritas untuk mengurangi stres dan keletihan dalam kehidupannya
12.  Suportif, pemeliharaan perawatan ibu
13.  Menyusui secara bergantian payudara kiri dan kanan
14.  Untuk mencegah pembengkakan dan penyumbatan saluran, kosongkan payudara dengan cara memompanya
15.  Rajin mengganti bh / bra setiap kali mandi atau bila basah oleh keringat dan ASI, BH tidak boleh terlalu sempit dan menekan payudara.
16.  Jika ibu melahirkan bayi lalu bayi tersebut meninggal, sebaiknya dilakukan bebat tekan pada payudara dengan menggunakan kain atau stagen dan ingat untuk minta obat penghenti ASI pada dokter atau bidan.

F.      Penatalaksanaan
1.      Teruskan pemberian ASI meski payudara mengalami abses atau pembengkakan Tahan sakit. Pemberian ASI mempercepat penyembuhan
2.      Kompres payudara dengan air hangat atau kain dibasahi air hangat
3.      Cukup istrirahat dan tidur agar tubuh aktif memproduksi sistem imun guna memerangi infeksi mastitis
4.      Minum antibiotik sesuai resep dokter
5.      Makan makanan yang bergizi tinggi
6.      Minum banyak air putih juga akan membantu menurunkan demam
7.      Berikan antibiotik
Pengobatan dengan antibiotik biasanya membutuhkan waktu 10-14 hari. Selama 24 sampai 48 jam setelah pengobatan antibiotik, gejala mulai berkurang. Namun obat tetap perlu diminum untuk mencegah kekambuhan.
8.      Menyesuaikan teknik menyusui
Pastikan bahwa payudara benar-benar kosong payudara selama menyusui dan bayi berada pada posisi yang benar.

G.    Penanganan dan Peran Bidan
1.      Payudara dikompres dengan air hangat
2.      Untuk mengurangi rasa sakit dapat diberikan pengobatan analgetik
3.      Untuk mengatasi  infeksi diberikan antibiotika
4.      Bayi mulai menyusu pada payudara yang mengalami peradangan.
5.      Anjurkan ibu selalu menyusui bayinya
6.      Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi makanan yang bergizi dan istirahat yang cukup
7.      Konseling suportif
Mastitis merupakan pengalaman yang sangat nyeri dan membuat frustrasi, dan membuat banyak wanita merasa sangat sakit. Selain dengan penanganan yang efektif dan pengendalian nyeri, wanita membutuhkan dukungan emosional. Ibu harus diyakinkan kembali tentang nilai menyusui; yang aman untuk diteruskan; bahwa ASI dari payudara yang terkena tidak akan membahayakan bayinya; dan bahwa payudaranya akan pulih baik bentuk maupun fungsinya.
8.      Pengeluaran Asi dengan Efektif

Membantu ibu memperbaiki kenyutan bayi pada payudara, mendorong untuk sering menyusui, sesering dan selama bayi menghendaki, tanpa pembatasan, bila perlu peras ASI dengan tangan atau dengan pompa atau botol panas, sampai menyusui dapat dimulai lagi.     

Tidak ada komentar:

Posting Komentar