Kamis, 27 Maret 2014

PERSALINAN DENGAN RETENSIO PLASENTA



PERSALINAN DENGAN RETENSIO PLASENTA
Plasenta atau bagian-bagiannya dapat tetap berada dalam uterus setelah bayi lahir.
·         Jika plasenta terlihat dalam vagina, mintalah ibu untuk mengedan. Jika Anda dapat merasakan plasenta dalam vagina, keluarkan plasenta tersebut.
·         Pastikan kandung kemih sudah kosong. Jika diperlukan, lakukan kateterisasi kandung kemih.
·         Jika plasenta belum keluar, berikan oksitosin 10 U I.M, jika belum dilakukan pada penanganan aktif kala tiga

JANGAN BERIKAN ERGOMETRIN KARENA DAPAT MENYEBABKAN KONTRAKSI UTERUS YANG TONIK, YANG BISA MEMPERLAMBAT PENGELUARAN PLASENTA

·         Jika plasenta belum dilahirkan setelah 30 menit pemberian oksitosin dan uterus terasa berkontraksi, lakukan penatikan tali pusat terkendali.
CATATAN : Hindari penarikan tali pusat dan penekanan fundus yang terlalu kuat karena dapat menyebabkan inversi uteri
·         Jika traksi tali pusat terkendali belum berhasil, cobalah untuk melakukan pengeluaran plasenta secara manual
CATATAN : Plasenta yang melekat kuat mungkin merupakan plasenta akreta. Usaha untuk melepaskan plasenta yang melekat kuat dapat mengakibatkan perdarahan berat atau perforasi uterus, yang biasanya membutuhkan tindakan histerektomi.
·         Jika perdarahan terus berlangsung, lakukan uji pembekuan darah sederhana. Kegagalan terbentuknya pembekuan setelah 7 menit atau adanya bekuan lunak  yang dapat pecah dengan mudah menunjukkan adanya koagulapati
·         Jika terdapat tanda-tanda infeksi (demam, secret vagina yang berbau), berikan antibiotika untuk metritis


PLASENTA MANUAL
Plasenta manual dilakukan jika plasenta tidak lahir setelah 1 jam bayi lahir disertai manajemen aktif kala III.
·         Kaji ulang indikasi
·         Persetujuan tindakan medis
·         Kaji ulang prinsip dasar perawatan dan pasang infus
·         Berikan sedative dan analgetika (misalnya, petidin dan diazepam I.V.-jangan dicampur dalam spuit yang sama) atau ketamine.
·         Beri antibiotika dosis tunggal (profilaksis)
-          Ampisilin 2 g I.V ditambah metronidazole 500 mg I.V
-          Atau sefazolin 1 g I.V ditambah metronidazole 500 mg I.V
·         Pasang sarung tangan DTT
·         Jepit tali pusat dengan klem dan tegangkan sejajar lantai
·         Masukkan tangan secara obstetric dengan menelusuri bagan bawah tali pusat
Gambar :
·         Tangan sebelah menyusuri tali pusat masuk ke dalam kavum uteri, sementara itu tanagn yang sebelah lagi menhan fundus uteri , sekaligus untuk mencegah inversio uteri
Gambar :
·         Dengan bagian lateral jari-jari tangan dicari insersi pinggir plasenta
·         Buka tangan obstetric menjadi seperti memberi salam, jari-jari dirapatkan
·         Tentukan implantasi plasenta, temukan tepi plasenta yang paling bawah
·         Gerakkan tangan kanan ke kiri dan kanan sambil bergeser ke kranial sehingga semua permukaan maternal plasenta dapat dilepaskan
·         Jika plasenta tidak dapat dilepaskan dari permukaan uterus, kemungkinan plasenta akreta, dan siapkan laparotomy untuk histerektomi supravaginal *rumah sakit
·         Pegang plasenta dan keluarka tangan beserta plasenta
Gambar :
·         Pindahkan tangan luar ke suprasimpisis untuk menahan uterus saat plasenta dikeluarkan
·         Eksplorasi untuk memastikan tidak ada bagian plasenta yang masih melekatpada dinding uterus
·         Beri oksitosin 10 IU dalam 500 ml cairan I.V (garam fisiologik ata RL) 60 tetes/ menit dan masase uterus untuk merangsang kontraksi
·         Jika masih berdarah banyak, beri ergometrin 0,2 mg I.M atau prostaglandij
·         Periks aapakah plasenta lengkap atau tidak. Jika tida lengkap, lakukan eksplorasi ke dalam kavum uteri
·         Periksa dan perbaiki robekan serviks, vagina, atau episotomi
Penanganan Pascatindakan
1.      Pantau kesadaran, tensi, nadi, pernapasan setiap 30 menit selama 6 jam
2.      Tentukan tinggi fundus dan pastikan kontraksi tetap baikTeruskan infus dan berikan transfuse darah bila perlu
SUMBER : Buku Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Jakarta, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar