MAKALAH LITERATUR REVIEW
MATA
KULIAH PENGEMBANGAN PROPOSAL
DOSEN : SITI ROFIAH S.S.T., M.Kes
DISUSUN OLEH :
1.
DARWATI
(53)
2.
INA
NUR ZAENI ()
3.
RETNO
WULANDARI (26)
4.
SAPTO
SARI MULYO UTAMI (27)
SMESTER
I/ D.IV KELAS NON REGULER PURWOREJO
PRODI D.IV KEBIDANAN MAGELANG JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
2016
A. Latar
Belakang
Dalam
menulis proposal ataupun laporan hasil kerja dalam bentuk tugas akhir, skripsi,
thesis ataupun dalam kegiatan kerja di perusahaan atau masyarakat, studi
pustaka ataupun literature review sangat diperlukan untuk memberikan
dasar/landasan yang kuat mengenai kenapa kita memilih tema tertentu, kenapa
kita menerapkan metode tertentu dan bukan metode yang lainnya atau sekedar
memberi dasar/landasan teori yang menjadi fondasi lingkup pekerjaan yang ingin
kita laporkan. Tulisan ini mengetengahkan beberapa langkah utama yang mungkin
berguna bagi kita dalam mempersiapkan suatu studi pustaka atau literature
review. Literature review berisi ulasan, rangkuman, dan pemikiran penulis
tentang beberapa sumber pustaka (artikel, buku, slide, informasi dari
internet, dll) tentang topik yang dibahas. Literature review yang
baik harus bersifat relevan, mutakhir, dan memadai. Landasan teori, tinjauan
teori, dan tinjauan pustaka merupakan beberapa cara untuk
melakukan literature review.
Laserasi
perineum merupakan robekan yang terjadi pada perineum sewaktu proses
persalinan. Persalinan dengan tindakan seperti ekstraksi forsep, ekstraksi
vakum, versi ekstraksi, kristeller (dorongan pada fundus uteri) dan episiotomi
dapat menyebabkan robekan jalan lahir. Laserasi perineum dapat diklasifikasikan
berdasarkan derajat laserasi yaitu derajat I, derajat II, derajat III dan
derajat IV. Perdarahan postpartum sering terjadi pada laserasi perineum derajat
I dan II. Namun pada laserasi derajat I dan II jarang terjadi perdarahan
postpartum. Robekan jalan lahir selalu memberikan perdarahan dalam jumlah yang
bervariasi banyaknya. Sumber perdarahan dapat berasal dari perineum, vagina,
serviks, dan robekan uterus (Ruptura Uteri). Robekan jalan lahir banyak
dijumpai pada pertolongan persalinan oleh dukun. Pertolongan persalinan oleh
tenaga kesehatan dengan risiko rendah mempunyai komplikasi ringan sehingga
dapat menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) maupun perinatal.
Berdasarkan
bukti ilmiah pijat perineum pada masa kehamilan pada bulan terakhir aman dan
dapat diterima. Seorang wanita yang belum pernah melahirkan pervaginam dan
mempraktikkan pijat perineum di akhir bulan kehamilannya mengalami trauma
perineum lebih sedikit, sebagian besar demam yang disebabkan karena episiotomi,
dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan pijat. Wanita yang pernah
melahirkan secara pervaginam tidak mengalami penurunan trauma persalinan, namun
mereka melaporkan mengalami lebih sedikit rasa nyeri pada tiga bulan
postpartum. Tercatat tidak ada perbedaan pada persalinan pervaginam, kepuasan
seksual, atau incontinensia uri. ( Cochrane Database : Strength of
Recommendation: B, based on inconsistent or
limited-quality patient-oriented evidence.)
B. Tujuan
Makalah ini akan membahas literatur- literatur yang
berkaitan dengan praktik pencegahan ruptur perineum pada persalinan, yang dapat
digunakan sebagai bahan acuan untuk dijadikan landasan kegiatan penelitian
untuk menyusun kerangka pemikiran yang jelas dari perumusan masalah yang ingin
diteliti.
C. Telaah
Jurnal
1. RISET 1
Judul
Jurnal
|
:
|
Effect of
Perineal Massage During Pregnancy on Perineal Trauma : a prospective
controlled trial
|
|
Penulis
|
:
|
Elat
Mei-Dan et al
|
|
Tahun
|
:
|
2006
|
|
Sumber
|
:
|
Journal
compilation 2006, Blackwell Publishing, Inc.
|
|
Patient/
Population
( P )
|
included 234
nulliparous women with a singleton fetus
|
||
Intervention
( I )
|
Women
allocated to the study group were instructed to practice a 10 minute perineal
massage daily from the 34th week of gestation until delivery
|
||
Comparison
( C )
|
we evaluated
the effects of perineal massage on specific tear sites, the severity of
perineal tears, and the amount of suture material required for repair
|
||
Outcome
( O )
|
Episiotomy rates, overall spontaneous
tears and intact perineum rates were similar in the study and control groups.
Women in the massage group had slightly lower rates of first-degree tears
(73.3% νs. 78.9%, P = 0.39) and slightly higher rates of second-degree tears
(26.7% νs. 19.3%, P = 0.39), although both of these outcomes did not reach
statistical significance. The rates of anterior perineal tears were
significantly higher in the massage group (9.5% vs. 3%, P = 0.05), whereas
internal lateral tears rates were slightly lower but without statistical
significance (11.5% νs.13.1%, P = 0.44).
The practice of antenatal perineal
massage showed neither a protective nor a detrimental significant effect on
the occurrence of perineal trauma
|
||
Time/ Theory
( T )
|
Perineal trauma during childbirth is
associated with short and long-term morbidity. Perineal damage may result in
urinary and fecal incontinence, painful intercourse, persistent perineal
pain, and weakness of the pelvic floor musculature [1,2]. There is considerable
variation in the reported rate of perineal trauma because of inconsistency in
definition and reporting practices [3]. Episiotomy was proven to be not only
ineffective but sometimes even harmful. Strong evidence in support of
restricting the use of episiotomy is now well established. However, more
studies should address the issue of specific indications [4,5]. Nevertheless,
more than half of the women who deliver without an episiotomy still suffer
from a tear requiring multilayer closure [6]. In studies of restrictive use
of episiotomy, 51–77% of women still sustained trauma that required suturing
[3]. Interventions to reduce the risk of episiotomy and perineal tears are
needed. Furthermore, women who delivered with an intact perineum reported less
perineal pain immediately after delivery and better sexual function 3 months
postpartum [7]. Performing a perineal massage by the woman or her partner a
few weeks prior to the delivery has been advocated to increase elasticity and
reduce the risk of perineal trauma from episiotomy or spontaneous tears
[1,2,8]. The effect of perineal massage during pregnancy has been evaluated
in a few trials.
|
||
a. Latar
Belakang
Wanita lebih sering
menderita karena trauma perienum ketika melahirkan. Intervensi untuk meningkatkan
kemungkinan keutuhan perineum diperlukan.
Episiotomi membuktikan
tidak hanya tidak efektif naum terkadang bahkan berbahaya. Bukti ilmiah yang
kuat untuk mendukung penggunaan episiotomi saat ini sedang ditentukan. Pada penelitian pencegahan penggunaan episiotomi,
51–77% dari wanita masih emnaglami trauma akibat trauma yang memerlukan
penjahitan. Intervensi untuk menurunkan risiko dari episiotomi dan robekan
perineum diperlukan. Lebih jauh, wanita yang melahirkan dengan perineum yang
utuh melaporkan lebih sedikit mengalami nyeri perineum segera setelah
melahirkan dan fungsi seksual yang lebih baik pada 3 bulan postpartum.
Penelitian dilakukan untuk memenentukan apakah pijat perineum dengan minyak
dari usia kehamilan 34 minggu sampai persalinan meningkatkan kesempatan
melahirkan perineum yang utuh. Sebagai
objek sekunder, efek pijat perineum pada tempat robekan tertentu, keparahan
robekan perineum, dan jumlah jahitan yang dibutuhkan untuk perbaikan robekan
akan dievaluasi.
b. Tujuan
Penelitian
Untuk mengevaluasi
efektifitas dari pijat perineum selama antenatal dalam meningkatkan kepuasan
dari melahirkan dengan perineum utuh.
Penelitian ini diadakan sebagai jawaban untuk meningkatkan pijat perineum pada
antenatal dan penilaian pada wanita, bidan dan dokter pada komunitas medis.
c. Metode
Penelitian
Jenis
Penelitian
|
:
|
single blinded
prospective controlled trial
|
Populasi
|
:
|
Penelitian ini
menggunakan yang menyertakan 234 wanita nullipara dengan janin tunggal.
1)
Kriteria eksklusi termasuk wanita nulipara pada
umur kehamilan 30-34 yang merencanakan persalinan normal di institusi
2)
Kriteria eksklusi terdiri dari riwayat prosedur
bedah, kehamilan multi, penggunaaan minyak unutk pijat perineum yang berbeda
selama waktu kehamilan, dan kesulitan dalam berkomunikasi.
|
Intervensi
|
:
|
Wanita pada
kelompok penelitian diberi instruksi untuk mempraktikkan pijat perineum 10
menit setiap harinya dari usia kehamilan 34 minggu sampai persalinan.
Untuk
meningkatkan dan memperkuat pertanyaan yang mungkin muncul, panggilan telepon
setiap minggu dibuat oleh koordinator penelitian selama periode penelitian.
|
Hasil
Pengukuran
|
:
|
1)
Hasil Primer
Hasil pengukuran primer termasuk
derajat episiotomi ; rata-rata robekan perineum derajat satu, dua, tiga dan
empat.
2)
Hasil Sekunder
Hasil sekunder yang diharapkan
dihubungkan dengan lokasi robekan tertentu dan jumlah material jahitan yang
membutuhkan perbaikan
|
d. Hasil
Penelitian
Secara keseluruhan
derajat episiotomi pada robekan spontan dan derajat perineum utuh sama pada
kelompok intervensi dan kontrol. Wanita pada kelompok pijat memiliki derajat
yang lebih rnedah dari robekan derajat tiga dan derajat yang lebih tinggi dari
robekan tingkat dua, meskipun hasil
keduanya tidak mencapai statistik yang signifikan. Derajat dari robekan
anterior perineum lebih tinggi secara signifikan pada kelompok pijat, sedangkan
derajat robekan internal lateral lebih rendah namun tanpa statistik yang
signifikan.
e. Kesimpulan
Praktik dari pijat
perineum antenatal menunjukkan efek yang signifikan pada kejadian taruma
perineum.
2. RISET
2
Judul
Jurnal
|
:
|
Factors
Related to Genital Track Trauma in Normal Spontaneous Vaginal Birth
|
Penulis
|
:
|
Leah el
Albers et al
|
Tahun
|
:
|
2006
|
Sumber
|
:
|
Journal
compilation 2006, Blackwell Publishing, Inc.
|
Patient/
Population
( P )
|
over a
38-month period, 1,211 women participated in the study, and 1 of 12 staff
certified nurse-midwives in the Department of Obstetrics and Gynecology
performed the randomly allocated perineal management technique before
conducting the birth.
|
Intervention
( I )
|
Women who
remained healthy were randomized in labor to one of three perineal management
strategies for the second stage of labor: warm compresses to the perineum,
massage with lubricant, or hands kept off the perineum until crowning of the
infant’s head.
|
Comparison
( C )
|
Proportions of
maternal characteristics and intrapartum variables were compared in women who
did and did not sustain sufficient trauma to warrant suturing, according to
parity (first vaginal births versus others)
|
Outcome
( O )
|
In women who had a first vaginal
birth, risk factors for trauma were maternal education of high school or
beyond, Valsalva pushing, and infant birthweight. Risk factors in women
having a second or higher vaginal birth were prior sutured trauma and infant
birthweight. For all mothers, delivery of the infant’s head between
contractions was associated with reduced trauma to the genital tract
|
Time/ Theory
( T )
|
Reducing
genital tract trauma in childbirth is a priority for women and for their
caregivers. Such trauma can cause both short- and long-term problems for new
mothers, and may pose therapeutic challenges for caregivers. Short-term
problems include blood loss, need for suturing, and perineal pain. Long-term
problems may include extended pain and various functional difficulties, such
as bowel, urinary, and sexual problems (5,7). Intrapartum care designed to
lower trauma rates, beyond restricting the use of episiotomy, would therefore
benefit many new mothers.
|
a. Latar
Belakang
Di Amerika Serikat
setiap tahunnya sekitar 3 milyar wanita
melahirkan pervaginam, sebagian besar dari mereka mengalami trauma jalan lahir
dari episiotomi, robekan spontan maupun keduanya. Selama lebih dari 25 tahun,
data nasional menunjukkan bahwa penggunaan episiotomi menurun , namun perbaikan
dari laserasi obstetrik meningkat di waktu yang sama. Meski begitu, efek bersih
dari penurunan penggunaan episiotomi berarti berkurangnya keseluruhan trauma,
dan lebih sedikit trauma parah, seperti robekan pada anus, otot sfingter dan
rektum.
Wanita yang menjadi ibu
untuk pertama kali diketahui lebih besar menderita trauma pada jalan lahir
dalam persalinan daripada wanita yang sudah pernah melahirkan sebelumnya,
umumnya menerima proporsi episiotomi lebih tinggi dan robekan spontan lebih
sering, termasuk laserasi derajat tiga dan empat. Memiliki riwayat persalinan
yang sama sebelumnya dapat mempengaruhi risiko laserasi pada persalinan berikutnya.
Penelitian terhadap tiga studi menggunakan analisis data retrospektif telah
mengidentifikasi kenaikan lipat tiga risiko dari trauma berulang pada
persalinan yang akan datang, untuk semua trauma dan terutama untuk laserai
derajat tiga- sampai empat.
b. Tujuan
Penelitian
Tujuan dari penelitian
adalah untuk mengidentifikasi faktor maternal dan klinis yang berhubungan
dengan trauma genital pada persalinan normal dan spontan.
c. Metode
Penelitian
Jenis
Penelitian
|
:
|
Analisis data
retrospektif
|
Populasi
|
:
|
1.211 wanita
hamil diatas periode 38 bulan dan 1 dari 12 staf bersertifikat
keperawatan-kebidanan di Departemen Obstetrik dan Ginekologi menyelenggarakan
ruang untuk manajemen teknik perineum secara acak sebelum memimpin persalinan
|
Intervensi
|
:
|
Wanita yang
tetap sehat saat persalinan dibagi secara acak untuk memperoleh satu dari
tiga strategi manajemen teknik perineum pada kala II persalinan : kompres
hangat pada perineum, pijat dengan lubrikan, atau tangan menjauhi perineum
sampai kepala bayi crowning.
|
Hasil
Pengukuran
|
:
|
1.
Dibandingkan wanita yang baru pertama kali
melahirkan, sebagian besar multipara mengalami trauma jahitan pada persalinan
sebelumnya
2.
Sebagian besar trauma yang dialami wanita adalah
kecil dan tidak membutuhkan penjahitan
3.
Proporsi karakteristik dari maternal dan
intrapartum dengan penjahitan dan tidak dijahit :
4.
Empat varieabel tetap secara statistik signifikan
sebagai independen prediksi dari trauma jahitan pada persalinan pertama : pendidikan
maternal yang baik,dorongan valsava, dan berat badan bayi meningkatkan
risiko, dan melahirkan bayi diantara kontraksi adalah melindungi ( menurunkan
risiko ).
Pada multipara, prediksi statistik
yang signifikan dari trauma jahitan adalah trauma jahitan itu sendiri, berat
badan janin yang besar, dan lagi, melahirkan kepala bayi diantara kontraksi
dapat melindungi
|
d. Hasil
Penelitian
Pada wanita yang baru
pertama kali melahirkan, faktor risiko dari trauma adalah tingkat pendidikan,
penekanan valsava, dan berat badan bayi. Faktor risiko pada wanita yang sudah pernah melahirkan dua kali
atau lebih adalah trauma jahitan dan berat badan bayi. Pada semua wanita,
melahirkan kepala bayi diantara kontraksi telah dihubungkan dengan pengurangan
trauma pada jalan lahir.
e. Kesimpulan
Teknik persalinan yang tidak
terburu-buru dan terkontrol dapat mengurangi trauma obstetrik pada persalinan
normal dan spontan.
3. RISET
3
Judul
Jurnal
|
:
|
The Effect
of Perineal Management Technique on Labor Complication
|
Penulis
|
:
|
Farida
Fahami et al
|
Tahun
|
:
|
2012
|
Sumber
|
:
|
Iranian
Journal of Nursing and Midwifery Research
|
Patient/
Population
( P )
|
99 primiparous
women who referred to Daran Hospital, Isfahan, Iran for normal vaginal
delivery in 2009
|
Intervention
( I )
|
hands-off
technique and perineal massage with lubricant. A questionnaire was used to
determine the demographic characteristics of the participants and
complications after birth. The short form of McGill Pain Questionnaire and
the visual analogue scale for pain were also employed. The incidence and degree
of perineal tears were evaluated immediately after delivery. Moreover, the
incidence and severity of perineal pain were assessed 24 hours and also 6
weeks after delivery. Findings
|
Comparison
( C )
|
The subjects
were selected using a convenient method and randomly assigned to three groups
of Ritgen maneuver, hands-off technique and perineal massage with lubricant
|
Outcome
( O )
|
Hands-off technique during parturition
of the neonate's head was associated with fewer complications after delivery.
It was even better than perineal massage during the parturition
|
Time/ Theory
( T )
|
Perineal pain
after childbirth and its side effects are seen in 26.3% of women. These
issues may last for 8 to 24 weeks after the delivery, or even a year after
childbirth. The prevalence of genital and pelvic pain after the delivery is
listed from 5% to 33%.. Genital injuries can have a major impact on the
physical and mental health of mothers. In addition, the case encompasses
anxiety, depression and negative view towards the pregnancy. Women may feel
that they are unable to express their problem very well and seeking medical
attention in this field can be avoided
|
a. Latar
Belakang
Banyak wanita menderita
trauma perineum selama proses persalinan normal. Trauma perineum biasanya berhubungan
dengan rasa sakit dan komplikasi setelah melahirkan. Teknik manjemen perineum
dapat berperan secara signifikan dalam mengurangi trauma perineum seperti
manuver Ritgen, non- touching and touching baby’s head’s selama persalinan,
non-touching perineal, pijat perineum, kompres hangat pada perineum, dan pijat
perineum dengan lubrikan.
Sejauh ini metode yang
efektif terhadap penelitian belum jelas, oleh karena itu peneliti ingin
mengadakan penelitian dengan tujuan untuk membandingkan pengaruh yang kuat
terhadap efek samping setelah melahirkan dengan tujuan untuk memperoleh tujuan
yang diinginkan : untuk menentukan frekuensi relatif dari laserasi perineum,
distribusi frekuensi relatif dari nyeri perineum pada 6 minggu setelah
postpartum dan intensitas rata-rata nyeri perineum 6 minggu setelah postpartum
dalam tiga kelompok : non-touching
perineal, Ritgen maneuver dan pijat dengan lubrikan.
b. Tujuan
Penelitian
Penelitian ini
ditujukan untuk membandingkan efek manajemen teknik perineum ( teknik
hands-off, manuver Ritgen dan pijat perineum menggunakan lubrikan selama
persalinan ) terhadap komplikasi persalinan.
c. Metode
Penelitian
Jenis
Penelitian
|
:
quasi-experimental clinical trial
|
Populasi
|
: 99 wanita
primipara yang menunjuk Rumah Sakit
Daran, Isfahan, Iran untuk persalinan normal tahun 2009
1)
Kriteria inklusi meliputi :
Usia maternal dari 18 sampai 35 tahun,
primipara, janin tunggal, usia kehamilan 37-41 minggu, perkiraan bert badan
lahir bayi kurang dari 4000g, dilatasi servik 7-8 cm, tidak ada cairan
ketuban, kulit ketuban pecah secara spontan sebelum fase aktif
perssalinan, kurang persiapan perineum
selama kehamilan ( pijat perineum pada 4 minggu akhir kehamilan, mengikuti
kelas persiapan persalinan, melakukan latihan atau olahraga seperti para
profesional ), kemungkinan penyulit persalinan, risiko preeklamsi, tidak ada
penyakit kronis pada ibu, tidak ada lesi yang nyata seperti varises
parah pada vena atau hematoma pada
vulva atau perineum,gejala infekfi vagina dan herpes genetalia, tidak
menggunakan opioid, penggunaan gas entonox unutk penghilang nyeri persalinan,
tidak membutuhkan episiotomi).
2)
Kriteria eksklusi meliputi : kemajuan persalinan
yang kurang, fetal distres pada kala II persalinan di tiga kelompok,
penggunaan vacum atau forsep pada persalinan, terjadi oedema atau ruam,
penarikan diri dari persekutuan penelitian.
|
Intervensi
|
: kelompok
pertama diberikan intervensi manuver Ritgen, kelompok kedua diberikan
manajemen perineal-no touching sampai kepala bayi crowing, dan kelompok
ketiga diberikan intervensi pijat perineum dengan lubrikan 5-10 menit selama
dan diantara tekanan pada ibu tanpa memperhatikan posisi ibu
|
Hasil Pengukuran
|
:
1) 81.8% 9 (27
pasien) pada perineal non-touching group mengalami robekan perineum spontan,
dan 18.2% (6 pasien) mengalami
perineum yang utuh. 97.0% (32 pasien)
dalam kelompok manuver Ritgen mengalami robekan spontan dan hanya satu pasien
yang mengalami perineum utuh. Sedangkan pada kelompok dengan pijat
menggunakan lubrikan 78.8% (26 pasien ) mengalami robekan perineum spontan
dan 21.2% (7 pasien) mengalami perineum yang utuh.
2) Skor nyeri
perineum pada 24 jam pertama setelah persalinan, pada kelompok non-touching
group adalah 3.75 (SD = 2.30), 6.18
pada Ritgen maneuver group (SD = 2.03) dan pada pijat dengan lubrikan
hasilnya 4.54 (SD = 2.52). Uji ANOVA menunjukkan bahwa rata-rata skor nyeri
perineum pada 24 jam pertama setelah persalinan pada kelompok manuver Ritgen
lebih signifikan dibandingkan kelopmok lainnya.
3) Pada kelompok
perineal non-touching, 15 pasien (45.5%) merasakan nyeri pada perineum dan
area genitalia selama aktifitas sehari-hari, 18 pasien (54.5%) tidak
mengalami nyeri pada area tersebut, sedangkan nyeri pda kelompok manuver
Ritgen terbanyak yaitu 25 pasien (75.8%) dan 14 pasien (42.4%) pada kelompok
pijat dengan lubrikan. Hasil uji dengan The chi-square test diantara kedua
kelompok menunjukkan bahwa prevalensi dari nyeri pada kelompok manuver Ritgen
lebih tinggi secara signifikan dibandingkan kelompok lainnya, namun perbedaan
diantara kelompok perineal non touching dan pijat dengan lubrikan tidak
terdapat perbedaan yang signifikan.
4) Pada uji ANOVA
terhadapa tiga kelompok perlakuan menunjukkan bahwa skor rata-rata nyeri
perineum di 6 minggu setelah persalinan pada manuver Ritgen lebih baik secara
signifikan dibanding kedua kelompok lainnya, namun antara kelompok perienal
non- touching dan pijat dengan lubrikan tidak terdapat hasil statistik yang
signifikan.
|
d. Hasil
Penelitian
Pada kelompok manuver Ritgen, frekuensi
robekan, frekunesi relatif pada derajat robekan, keparahan nyeri perineum
setelah 24 jam persalinan dan nyeri
perineum yang parah pada 6 minggu setelah persalinan secara signifikan berbeda
dibandingkan dua metode lainnya.
e. Kesimpulan
Teknik Hands-off selama kelahiran kepala bayi dihubungkan
dengan komplikasi yang sedikit setelah kelahiran. Hal ini lebih baik daripada
pijat perineum selama persalinan.
4. RISET
4
Judul
Jurnal
|
:
|
Antenatal
Perineal Massage for Reducing Perineal Trauma (Review)
|
Penulis
|
:
|
Beckmann
MM, Stock OM
|
Tahun
|
:
|
2013
|
Sumber
|
:
|
Cochrane
Database of Systematic Review
|
Patient/
Population
( P )
|
All pregnant
women who are planning vaginal birth and have undertaken digital perineal
massage for at least the last four weeks of pregnancy.
|
Intervention
( I )
|
Any described
method of perineal massage undertaken by women and/or her partner
|
Comparison
( C )
|
extracted data
from the included studies and assessed study quality
|
Outcome
( O )
|
Antenatal digital perineal massage was
associated with an overall reduction in the incidence of trauma requiring
suturing (four trials, 2480 women, risk ratio (RR) 0.91 (95% confidence
interval (CI) 0.86 to 0.96), number needed to treat to benefit (NNTB) 15 (10
to 36)) and women practicing perineal massage were less likely to have
anepisiotomy (four trials, 2480 women, RR 0.84 (95% CI 0.74 to0.95), NNTB21
(12 to 75)). These findings were significant for women without previous vaginal
birth only. No differences were seen in the incidence of first- or
second-degree perineal tears or third-/fourth-degree perineal trauma. Only
women who have previously birthed vaginally reported a statistically
significant reduction in the incidence of pain at three months postpartum (one
trial, 376 women, RR 0.45 (95% CI 0.24 to 0.87) NNTB 13 (7 to 60)). No
significant differences were observed in the incidence of instrumental
deliveries, sexual satisfaction, or incontinence of urine, faeces or flatus
for any women who practised perineal massage compared with those who did not
massage.
|
Time/ Theory
( T )
|
The potential morbidity associated
with vaginal birth is concerning. Considering these factors, any method
proven to reduce the likelihood of sustaining genital tract trauma (and
therefore delivery-associated morbidity) is to be
commended.
Preventing even some of this childbirth trauma is likely to benefit large
numbers of women. It may also result
in cost savings in terms of less suturing, drugs and analgesics. Some have
advocated the use of perineal massage antenatally in decreasing the incidence
of perineal trauma during vaginal birth. It is proposed that perineal massage
may increase the flexibility of the perineal muscles and therefore, decrease
muscular resistance, which would enable the perineum to stretch at delivery
without tearing or needing episiotomy
|
a. Latar
Belakang
Trauma perineum pada
persalinan normal dapat dihubungkan secara signifikan terhadap nyeri kesakitan
jangka pendek dan jangka panjang. Pijat perineum pada masa kehamilan telah disetujui
sebagai satu metode untuk mengurangi kejadian trauma perineum. Kesakitan akibat
trauma perineum dapat dialami pada wanita dengan ruptur perineum, yang bisa
timbul beberapa hari setelah persalinan dan bisa menetap sampai 3 bulan pasca
persalinan.
b. Tujuan
Penelitian
Untuk mengetahui efek
pijat perineum pada kejadian trauma persalinan dan kesakitan yang timbul
setelahnya.
c. Metode
Penelitian
Jenis
Penelitian
|
:
|
Randomised
Controlled Trials
|
Populasi
|
:
|
Semua wanita
hamil yang merencanakan persalinan normal dan telah melakukan pijat perineum
dalam 3-4 minggu terakhir sebelum persalinan
|
Intervensi
|
:
|
metode pijat
perineum yang dilakukan oleh ibu hamil/ suami
|
Hasil
Pengukuran
|
:
|
1) Hasil Primer :
(a)
Trauma perineum yang membutuhkan penjahitan;
(b)
Trauma perineum derajat satu;
(c)
Robekan derajat dua
(d)
Trauma perineum derajat 3-4;
(e)
Kejadian episiotomi
2) Hasil Sekunder
:
(a)
Lama kala II;
(b)
Instrumental delivery;
(c)
Length of inpatient stay;
(d)
Admission to nursery;
(e)
Apgar< 4 pada menit pertama/ < 7 pada 5
menit
(f)
Kepuasan wanita;
(g)
Nyeri perineum postpartum
(h)
Ongoing perineal pain postpartum;
(i)
Nyeri seksual postpartum;
(j)
Kepuasan seksual postpartum;
(k)
Miksi yang tidak terkontrol/ terkendali
postpartum;
(l)
Kentut/ feses yang tidak terkontrol pada postpartum
|
d. Hasil
Penelitian
Pijat perineum pada
antenatal berhubungan dengan semua pengurangan terhadap kejadian trauma dan
pada wanita yang mempraktekkan pijat perineum lebih sedikit mengalami
episiotomi. Tidak terdapat perbedaan pada kejadian robekan perineum derajat
satu-dua-tiga- atau empat. Hanya wanita yang sudah pernah melahirkan sebelumnya
yang melaporkan penurunan yang signifikan pada kejadian nyeri organ persalinan
pada 3 bulan postpartum. Tidak ada perbedaan signifikan pada penelitian yang
berkaitan dengan kejadian pada organ persalinan, kepuasan seksual, atau
inkontinensia uri, feses atau kentut pada wanita yang melakukan pijat perineum
maupun yang tidak melakukan.
e. Kesimpulan
Pijat perineum pada
masa antenatal di akhir kehamilan efektif untuk mencegah terjadinya trauma/ ruptur
perineum dan mencegah kesakitan.
5. RISET
5
Judul
Jurnal
|
:
|
Manual
Perineal Support at the Time of Childbirth: a systematic review and meta
analysis
|
Penulis
|
:
|
Bulchandani
et al
|
Tahun
|
:
|
2015
|
Sumber
|
:
|
British
Journal Obstetric & Gynecology
|
Patient/ Population
( P )
|
Published
randomised controlled trials (RCTs) and non-randomised studies (NRSs)
evaluating any ‘hands on’ perineal support technique during childbirth.
|
Intervention
( I )
|
Meta-analysis
or RCTs and NRSs
|
Comparison
( C )
|
the effect of routine
‘hands on’/manual perineal support (MPS) during childbirth, versus ad hoc/no
perineal support (‘hands off/poised’), on the risk and degree of perineal
trauma
|
Outcome
( O )
|
We included five RCTs and seven NRSs in
the review. Meta-analysis of RCTs did not demonstrate a statistically
significant protective effect of MPS on the risk of OASIS (three studies, 6647
women; relative risk, RR 1.03; 95% confidence interval, 95% CI 0.32–3.36;
statistical test for heterogeneity I2 = 71%).
Meta-analysis of NRSs showed a
significant reduction in the risk of OASIS with MPS (three studies, 74 744
women; RR 0.45; 95% CI 0.40–0.50; I2 = 32%).
|
Time/ Theory
( T )
|
Genital tract
trauma is common with vaginal births and is associated with significant
morbidity, particularly with obstetric anal sphincter injuries (OASIS).
Debate continues regarding the effectiveness of perineal support during
childbirth in reducing the risk of trauma.
Perineal
trauma is associated with considerable shortand long-term morbidity. The risk
and severity of complications is proportional to the extent of the
trauma.10,11 Despite identification and repair, postpartum complications such
as perineal pain and faecal incontinence have a higher prevalence following
OASIS
|
a. Latar
Belakang
Trauma jalan lahir
merupakan trauma yang umum pada persalinan pervaginam dan dihubungkan dengan
morbiditas yang signifikan terutama dengan luka obstetrik dan sfingter / obstetric anal sphincter injuries
(OASIS). Perdebatan masih terus terjadi tentang efektifitas bantuan pada
perineum selama persalinan di dalam mengurangi risiko trauma.
Risiko dari trauma
perineum berkelanjutan pada persalinan terkait beberapa faktor. Beberapa
ditentukan pre-persalinan, seperti faktor demografi, nutrisi, etnik/ ras, level
kegiatan fisik, paritas, dan ukuran dari bayi. Terdapat beberapa intervensi
intrapartum yang dapat memodifikasi risiko ini, seperti posisi ibu saat
melahirkan, pijat perineum, kompres hangat, pilihan peralatan yang berlaku
untuk persalinan pervaginam, kebijakan episiotomi, dan bantuan manual ( dengan
tangan ) pada perineum.
Manual Perieneal Support
/ bantuan menahan perineum dengan tangan umum disebut sebagai teknik “ hands on
/ menahan “ oleh para klinisi, dengan variasi bermacam yang dipraktikkan mendunia,
diantaranya terdapat teknik fleksi dan manuver Ritgen ( atau modifikasi
keduanya ). Teknik tersebut dipercaya dapat menurunkan trauma perineum dengan
memperlambat penurunan lahirnya kepala bayi, dan dengan mengurangi presentasi
diameter. MPS terus menerus menjadi poin debat diantara profesional maternitas
pelayanan kesehatan, dengan kebijakan beberapa anjuran “ hands on “ dan anjuran
lain ”hands off/ lepas tangan “. Adanya ketidaksesuaian tersebut membingungkan
praktisi kesehatan dan merugikan pada wanita yang ingin memutuskan pilihan
pelayanan kesehatan.
b. Tujuan
Penelitian
Review ini bertujuan
untuk menilai efek dari bantuan manual perineum atau ‘hands on’/manual perineal
support (MPS) selama kelahiran, dibandingkan dengan tanpa bantuan tangan (‘hands off/poised’),
terhadap risiko dan derajat trauma perineum.
c. Metode
Penelitian
Jenis
Penelitian
|
:
|
Review
sistematik dan Meta-analysis
|
Populasi
|
:
|
Wanita yang
memiliki persalinan pervaginam dengan bayi tunggal setelah usia kehamilan 32
minggu dengan presentasi cephal di masukkan dalam meta-analysis. Semua RCTs
terkecuali persalinan SC, sedangkan SC dimasukkan dalam non randomizsed
Studies ( NRSs)
|
Intervensi
|
:
|
memasukkan
semua publikasi randomised controlled trials (RCTs) dan non-randomised studies
(NRSs) untuk evaluasi MPS (‘hands on’) policies dibandingkan dengan versus ad
hoc or no MPS (‘hands off/poised’) selama kala II persalinan.
|
Hasil
Pengukuran
|
:
|
Meta-analysis
dari RCTs tidak menunjukkan efek perlidungan yang secara statistik signifikan
dari manual perineum support terhadap risiko OASIS (Tiga penelitian, 6647
women; relative risk, RR 1.03; 95% confidence interval, 95% CI 0.32–3.36;
statistical test for heterogeneity I2 = 71%). Meta-analysis dari NRSs menunjukkan
penurunan yang signifikan terhadap risiko OASIS dengan teknik manual perineum
support (tiga penelitian, 74 744 women; RR 0.45; 95% CI 0.40–0.50; I2 = 32%)
|
d. Hasil
Penelitian
Meta-analysis dari tiga
RCTs (6647 wanita) menunjukkan bahwa efek perlindungan dari kebijakan “ hands
on “ terhadap risiko OASIS tidak mencapai statistik yang signifikan. Yang menarik, pada analisa NRS meta-analysis dari
tiga studi (74 744 wanita) menunjukkan
penurunan statistik yang signifikan terhadap risiko OASIS dengan metode MPS
secara rutin.
e. Kesimpulan
Bukti ilmiah yang ada belum
cukup untuk dijalankan sebagai perubahan dalam praktik. Kekuatan Randomized
trial yang adekuat dengan sebuah kemampuan desain untuk evaluasi intervensi
lengkap yang diadopsi sebagai bagian dari kebijakan MPS, memastikan persalinan
terkontrol, sangat dibutuhkan.
D. Pembahasan
Berdasarkan telaah bukti-bukti ilmiah menyatakan
bahwa pijat perineum pada masa antenatal di bulan terakhir kehamilan adalah
aman dan dapat diterima. Seorang wanita yang belum pernah melahirkan pervaginam
dan mempraktikkan pijat perineum di akhir bulan kehamilannya dapat mengalami
trauma perineum lebih sedikit dibandingkan dengan mereka yang tidak melakukan
pijat. Wanita yang pernah melahirkan secara pervaginam tidak mengalami
penurunan trauma persalinan, namun mereka melaporkan mengalami lebih sedikit
rasa nyeri pada tiga bulan postpartum. Tercatat tidak ada perbedaan pada
persalinan pervaginam, kepuasan seksual, ataupun incontinensia uri.
Analisa pada bagian kelompok menunjukkan bahwa
wanita yang mempraktikkan pijat dengan frekuensi lebih sering lebih sedikit
melaporkan rasa nyeri. Tambahan, wanita dengan persalinan berulang melaporkan
sedikit kejadian nyeri pada tiga bulan postpartum. Terdapat bukti bahwa pijat
perineum dapat menurunkan kejadian nyeri setelah postpartum tiga bulan, paling
tidak diantara wanita yang pernah memiliki riwayat persalinan pervaginam.
Wanita dengan trauma perineum lebih sering
menunjukkan nyeri jangka pendek dan ketidaknyamanan postpartum, seperti
dispareunia, dibandingkan dengan wanita yang melahirkan dengan perineum yang
utuh/ tidak robek. Oleh karena itu, bermacam variasi telah dievaluasi untuk
mengurangi trauma perineum.
Faktor risiko yang mempengaruhi trauma pada perineum
diantaranya yaitu tingkat pendidikan, penekanan valsava, dan berat badan bayi.
Faktor risiko pada multipara maupun
grande multipara adalah trauma jahitan dan berat badan bayi.Pada semua wanita,
melahirkan kepala bayi diantara kontraksi berhubungan dengan pengurangan trauma
pada jalan lahir.
Pada penelitian yang membandingkan efek manajemen
teknik perineum ( teknik hands-off, manuver Ritgen dan pijat perineum
menggunakan lubrikan selama persalinan ) terhadap komplikasi persalinan,
diperoleh kesimpulan bahwa manuver Ritgen lebih bagus secara signifikan dalam
mengurangi trauma dan robekan perineum dilihat dari frekuensi relatif laserasi
perineum, distribusi frekuensi relatif dari nyeri perineum pada 6 minggu
setelah postpartum dan intensitas rata-rata nyeri perineum dibandingkan
manajemen pijat perineum dengan lubrikan dan metode tanpa intervensi pada
perineum sebelum kepala bayi crwoning (perineal
non-touching).
Menurut penelitian tentang pijat perineum untuk
mengurangi trauma perineum menunjukkan hasil bahwa pijat perineum pada
antenatal berhubungan dengan semua pengurangan terhadap kejadian trauma dan
pada wanita yang mempraktekkan pijat perineum lebih sedikit mengalami
episiotomi.Namun respon efektifitas yang signifikan dari pijat perineum lebih
dirasakan oleh wanita multipara atau grande multipara karena sebelumnya sudah pernah menagalami
traum adan robekan perineum. Sehingga dapat disimpulkan bahwa Pijat perineum
pada masa antenatal di akhir kehamilan efektif untuk mencegah terjadinya
trauma/ ruptur perineum dan mencegah kesakitan.
Menurut hasil penelitian pijat perineum tidak
berhubungan dengan kejadian pada organ persalinan, kepuasan seksual, atau
inkontinensia uri, feses atau kentut pada wanita yang melakukan pijat perineum
maupun yang tidak melakukan pijat.
Pada sebuah penelitan lain mengenai efek dari
bantuan manual perineum atau ‘hands on’/manual perineal support (MPS) selama
kelahiran, dibandingkan dengan tanpa
bantuan tangan (‘hands off/poised’),
terhadap risiko dan derajat trauma perineum diperoleh kesimpulan bahwa teknik manual perineal support lebih signifikan
untuk mengurangi risiko trauma dan derajat robekan pada perineum selama
persalinan dibandingkan dengan teknik hands
off.
keep the spirit in the work
BalasHapusPengobatan Alzheimer Pada Lansia Secara Alami
cara mengecilkan perut buncit
BalasHapususeful article
BalasHapuscara menyembuhkan telinga berdengung
cara mengatasi nyeri haid
BalasHapusI hope you can receive information from us.
BalasHapusApakah Penyakit Gondok Beracun Bisa Menular
Syaraf Kejepit Di Pinggang
I got a page from my friend, thank you for the very useful information.
BalasHapuspantangan makanan penderita infeksi ginjal
makanan yang baik untuk penderita infeksi ginjal
Sharing information is very happy, always like that friend.
BalasHapusGejala Syaraf Kejepit
Gejala Osteoporosis
Ciri Ciri Tb Kelenjar
Thank you for allowing me to share information in your article.
BalasHapusbuah-buahan untuk penderita pengerasan hati
gejala dan pencegahan pengerasan hati
Health is a very valuable asset.
BalasHapusMakanan Sehat Bagi Penderita Tumor Colli Dextra
Gejala Tumor Colli Dextra
Thank you for your cooperation, hopefully it can pay off.
BalasHapusBiaya Operasi Tumor Rahang
The article that you created is very helpful. Let's see our website.
BalasHapusUmpan Jitu Ikan Bawal Galatama Malam Hari