STANDAR
19 : PERSALINAN DENGAN MENGGUNAKAN VAKUM EKSTRAKTOR
TUJUAN
Untuk
mempercepat persalinan pada keadaan tertentu dengan menggunakan vakum
ekstraktor
PERNYATAAN
STANDAR
Bidan
mengenali kapan diperlukan ekstraksi vakum, melakukannya secara benar dalam memberikan
pertolongan persalinan dengan memasikan keamanannya bagi ibu dan janin/bayinya
HASIL
·
Penurunan angka kesakitan/ kematian
ibu/ bayi akibat persalinan lama. Ibu mendapatkan penanganan darurar obstetric
yang tepat dan cepat
·
Ekstraksi vakum dapat dilakukan
dengan aman
PRASYARAT
1.
Kebijakan yang ditentukan untuk
indikasi penggunaan vakum ekstraktor oleh bidan
2.
Bidan dipanggil jika ibu sudah
mulai mulas/ ketuban pecah
3.
Bidan terlatih dan terampil dalam
pertolongan persalinan dengan menggunakan ekstraksi vakum
4.
Tersedianya alat untuk pertolongan
persalinan DTT termasuk beberapa sarung tanga DTT/ steril
5.
Tersedianya alat/ perlengkapan yang
diperlukan, seperti sabun, air bersih, dan handuk bersih
6.
Vakum ekstraktor dalam keadaan
bersih dan berfungsi dengan baik, mangkuk dan tabung yang akan masuk ke dalam
vagina harus steril
7.
Peralatan resusitasi bayi baru
lahir harus tersedia dan dalam keadaan baik ( lihat standar 24 )
8.
Adanya sarana pencatatan, yaitu
partograf dan catatan persalinan/ kartu ibu
9.
Ibu, suami dan keularga diberi tahu
tindakan yang akan dilakukan ( informed consent atau persettujuan tindakan medic
)
PROSES
Semua
pelaksana pelayanan terampil dalam melakukan prosedur ini.
Bidan
harus :
1.
Pastikan bahwa ekstraksi vakum
memang diperlukan, sesuai dengan protokol yang ditentukan ( perlu ada indikasi
yang jelas untuk pemakaian vakum ekstrakor. Penelitian menunjukkan bahwa risiko
ekstaksi vakum lebih kesil daripada penggunaan forsep bila tepat penggunaannya
Operator
harus terampil, kompeten, dan terlaih dalam prosedur ini :
1.
Siapkan semua peralatan dan
hubungkan satu dengan yang lain. Pastikan bahwa tabung vakum terhubung dengan
baik dan katup pengaman berfungsi dengan baik. ( sebaiknya mangkok penyedot
diletakkan di tangan operator dan mulai menghisap )
2.
Cuci tanagn dengan sabun, air
bersih dan keringkan dengan handuk bersih, gunakan sarung tanagn steril/ DTT
3.
Mintalah ibu untuk b.a.k jika
kandung kemihnya penuh. Jika tidak bisa lakukan kateterisasi dengn teknik aseptic.
( harus sangat hai-hati memasang kateter karena uretra biasanya mudah terluka
pada partus lama/ macet )
4.
Baringkan ibu pada posisi litotomi
( jika di rumah, baringkan ibu terlentang dengna posisimelintang di tempat
tidur, bokong ibu pada tepi tempat tidur dan kaki diletakkan di atas dua bangku
penyangga. Tungkai dan lutut dalam posisi fleksi penuh ). Bersihkan daerah
genital dengan air matang
5.
Dengan teknik aseptic, lakukan
periksa dalam dengan hati-hati untuk mengukur pembukaan serviks dan menilai
apakah ketuban sudah pecah. Ketuban harus dipecahkan bila belum pecah, sebelum
mangkok penghisap dipasang. Pastikan bahwa serviks sudah membuka penuh dan
bahwa bayi tidak lebih dari 2/5 di atas simpisis pubis
6.
Pilih mangkok penyedot paling besar
yang sesuai dengan ukuran. Tempatkan mangkok di atas kepala bayi dengan
hati-hati. Pastikan bahwa mangkok tidak di atas sutura atau fontanel
7.
Periksa pemasangan mangkok penyedot
untuk memastikan bahwa tisak ada bagian serviks atau dinding vagina yan
terjepit diantara mangkok dan kepala bayi
8.
Mulailah menghisap, sesuai dengan
petunjuk penggunaan alat. Caranya bisa berbeda-beda tergantung jenis vakum
ekstraktor ( pnghisap tangan listrik, mangkok logam/ plastic ). Naikkan tekanan
dengn perlahan, lalu pastikan mangkok sduah mantap di kepala bayi sebelum mulai
menarik. ( hal ini dilakukan dengan menaikkan tekanan sekitar 200mmHg dan
kemudian dilakukan sedikit tarikan untuk memastikan bahwa keadaan hampa
tercipta )
9.
Periksa kembali apakah dinding
vagina dan serviks bebas dari mangkok penghisap
10. Pada
his berikut, naikkan hisapan lebih lanjut ( sesuai dengan instruksi pabrik
pembuat alat ). Jangan pernah melebihi tekanan 600mmHg
11. Lakukan
penarikan pelan tapi mantap. Jaga tarikan pada sudut 90’dari mangkok penghisap.
( jika tarikan bukan pada arah yang benar, maka mangkok dapat bergeser dan
mengakibatkan hilangnya kehampaan )
12. Bila
pada dua kali tarikan mangkok lepas atau bayi belum lahir setelah 30 menit atau
3 kali tarikan tidak terjadi penurunan kepala, segera rujuk
13. Mintalah
ibu meneran jik ada his,seperti pada persalinan normal. ( jaga pegangaan
tangkai penarik tetap lurus, pertahankan tarikan )
14. Periksa
DJJ diantara kontraksi
15. Bila
his berhenti, bidan harus menghentikan tarikan ( beberapa pabrik pembuuatnya
menganjurkan agar menurunkan tekanan pelan-pelan sampai 200mmHg diantara 2 his,
ikuti petunjuk tersebut ). Tunggu sampai ada his lagi dan lakukan lagi
penarikan dengan cara seperti di atas
16. Jelaskan
dengan hati—hati dan ramah kepada ibu apa yang dilakukan, usahakan agar ia
tenang dan bernafas dengan normal, dan membantu dengan meneran bila ada his
17. Bila
kepala sudh turun di perineum ( kepala menonjol di vulva ) ,lakukan tarikan kea
rah horizontal lalu ke atas ( jaga tarikan pada sudut 90’ dari mangkok
penghisap )
18. Lakukan
episiotomy bila dasar panggul sudah sanagt teregang. Jika perlu, episiotomy hanay
dialkuakn bial kepala sudah meregangkan perineum
19. Bila
kepala sudah lahir, pelan-pelan turunkan tekanan vakum ekstraktor, lalu
lanjutkan dengan pertolongan persalinan seperti biasa
20. Segera
setelah bayi lahir, lakukan perawatan segera bayi baru lahir, mulai resusitasi
bayi jika diperlukan ( standar 13 dan 24 )
21. Setelah
bayi lahir dan plasenta dilahirkan dengan penatalaksanaan aktif kala III,
periksa dengan teliti dinding vagina terhadap robekan/ perlukaan, gunakan
cahaya lampu yang terang
22. Jika
perlu, jahit robekan dengan menggunakan peralaatn dan sarung tanagn steril/
DTT. ( Robekan kecil/ laserasi tak perlu diajhit kecuali menimbulkan perdarahan
)
23. Periksa
bayi dengan teliti terhadap luka/ trauma akibat mangkok penghisap. Jelaskan pada
ibu dan suami/ keluarganya bahwa pembengkakan pada kepala bayi yang ditimbulkan
oleh mangkok adalah normal dan akan menghilang dalam 12- 24 jam
24. Perhatikan
apakah ibu dapat b.a.k dengan normal sesudah melahirkan dan apakah tidk ada
kerusakan pada uretra/ leher kandung kemih
25. Jika
terjadi etensi urine atau ada tanda dan gejala terjadinya fistula, maka pasang
kateter karet dan segera rujuk ibu ke rumah sakit
26. Amati
kemungkinan terjadinya hematoma sesudah persalinan
27. Buat
pencatatan yan gseksama dan lengkap apda parograf
Tidak ada komentar:
Posting Komentar