Jumat, 11 April 2014

STANDAR 22 : PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM SEKUNDER



STANDAR 22 : PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM SEKUNDER
TUJUAN
Mengenali gejala dan tanda-tanda perdarahan postpartum sekunder serta melakukan penanganan yang tepat untuk menyelamatkan jiwa ibu
PERNYATAAN STANDAR
Bidan mampu mengenali secara tepat dan dini tanda serta gejala perdarahan postpartum sekunder, dan melakukan pertolongan pertama untuk penyelamatan jiwa ibu, dan atau merujuknya
HASIL
·         Kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan postpartum sekunder menurun
·         Ibu yang mempunyai risiko mengalami perdarahan postpartum sekunder ditemukan dini dan segera ditangani secara memadai
PRASYARAT
1.      System yang berjalan dengan baik agar ibu dan bayi mendapatkan pelayanan pasca persalinan dari bidan terlatih sampai 6 minggu setelah persalinan, baik di rumah, puskesmas, maupun rumah sakit
2.      Bidan terlatih dan terampil dalam memberikan perawatan nifas, termasuk pengenalan dan penanganan bila terjadi perdarahan postpartum sekunder
3.      Tersedia alat/ peralatan penting yang diperlukan seperti sabun bersih, air bersih yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik steril sekali pakai, set infus steril dengan jarum berukuran 16 dan 18 G, beberapa pasang sarung tangan DTT/ steril
4.      Obat-obatan penting tersedia : oksitoika ( oksitosin, metergine ), cairan IV RL dan antibiotika. Tempat penyimpanan yang memadai untuk obat-obatan tersedia
5.      Adanya pencatatan pelayanan nifas/ kartu ibu
6.      System rujukan efektif, termasuk bank darah yang berfungsi dengan baik untuk ibu dengan perdarahan postpartum sekunder
PROSES
Bidan harus ;
1.      Periksa gejala dan tanda perdarahan postpartum sekunder. Perdarahan dari vagina atau lochia berlebihan pada 24 jam – 42 hari sesudah persalinan dianggap sebagai perdarahan postpartum sekunder dan memerlukan pemeriksaan dan pengobatan segera
2.      Pantau dengan hati-hati ibu yang berisiko mengalami perdarahan postpartum sekunder paling sedikit selama 10 hari pertama terhadap tanda-tanda awalnya. Ibu yang berisiko adalah ibu yang mengalami :
-          Kelahiran plasenta dan selaput ketuban tidak lengkap
-          Persalinan lama
-          Infeksi uterus
-          Persalinan dengan komplikasi atau dengan menggunakan alat
-          Terbukanya luka setelah bedah sesar
-          Terbukanya luka setelah episiotomy
3.      Jika mungkin, mulai berikan RL IV menggunakan jarum berlubang besar ( 16 atau 18 G )
4.      Berikan obat-obatan oksitosika : oksitosin 10 IU dalam 500cc RL. Oksitosin 10 IU IM atau Metergin 0,2 mg IM ( jangan berikan metergin jika ibu memiliki tekanan darah yang tinggi )
5.      Berikan antibiotika ampisilin 1 gr IV,, rujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas yang memadai
6.      Bila kondisi ibu memburuk, atau ibu mengalami tanda atau gejala syok, pasang IV untuk menggantikan cairan yang hilang dan segera rujuk. ( cairan IV dengan tetesan cepat supaya nadi bertambah kuat, lalu tetsan dipelankan dan dipertahankan terus sampai ibu tiba di rumah sakit )
7.      Jelaskan dengan hati-hati kepada ibu, suami, dan keluarganya tentang apa yang terjadi
8.      Rujuk ibu bersama bayinya ( jika mungkin ) dan anggota keluarganya yang dapat menjadi donor darah jika diperlukan ke rumah sakit
9.      Observasi dan catat tanda-tanda vital secara teratur, catat dengan teliti riwayat perdarahan : kapan mulainya dan berapa banyak darah yang sudah keluar ( HAL INI AKAN MENOLONG DALAM MENDIAGNOSIS SECARA TEPAT DAN MEMUTUSKAN TINDAKAN YANG TEPAT)
10.  Berikan suplemen zat besi dan asam folat selama 90 hari kepada yang mengalami perdarahan postpartum sekunder ini
11.  Buat catatan yang akurat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar