Rabu, 09 April 2014

STANDAR 20 : PENANGANAN KEGAWATDARURATAN RETENSIO PLASENTA



STANDAR 20 : PENANGANAN KEGAWATDARURATAN RETENSIO PLASENTA
TUJUAN
Mengenal dan melakukan tindakaan yang tepat ketika terjadi retensio plasenta total/ parsial
PERNYATAAN STANDAR
Bidan mampu mengenali retensio plasenta dan memberikan pertolongan pertama, termasuk plasenta manual dan penanganan perdarahan, sesuai dengan kebutuhan
HASIL
·         Penurunan kejadian perdarahan hebat akibat retensio plasenta
·         Ibu dengan retensio plasenta mendapatkan penanganan yang cepat dan tepat
·         Penyelamatan ibu dengan retensi plasenta meningkat
PRASYARAT
1.      Bidan telah terlatih dan terampil dalam :
1.1  fisiologi dan manajemen aktif kala III
1.2  pengendalian dan penanganan perdarahan, termasuk pemberian oksitosika, cairan IV dan plasenta manual
2.      tersedianya peralatan dan perlengkapan penting : sabun, air bersih yang mengalir, handuk bersih untuk mengeringkan tangan, alat suntik steril sekali pakai, set infus dengan jarum berukuran 16 dan 18 sarung tangan panjang DTT/ steril
3.      tersedia obat-obat antibiotic dan oksitosika ( oksitosin dan metergin dan tempat penyimpanannya yang memadai )
4.      adanya partograf dan catatan persalinan/ Kartu Ibu
5.      ibu, suami dan keluarga diberi tahu tindakan yang akan dilakukan ( informed consent atau persetujuan tindakan medik )
6.      system rujukan yang efektif, termasuk bank darah berjalan dengan baik untuk ibu yang mengalami perdarahan pasca persalinan sekunder
PROSES
1.      melaksanakan penatalaksanaan aktif persalinan kala III pada semua ibu yang melahirkan melalui vagina ( standar 11 )
2.      amati adanya gejala dan tanda retensio plasenta. ( perdarahan yang terjadi sebelum plasenta lahir lengkap, sedangkan uterus tidak berkontraksi, biasanya disebabkan retensio plasenta. Perdarahan sesudah plasenta lahir, sedangkan uterus teraba lembek, juga mungkin disebabkan adanya bagian plasenta/ selaput ketuban yang tertinggal di dalam uterus. Jadi plasenta dan selaput ketuban harus diperiksa kembali kelengkapannya ).
3.      Bila plasentatidak lahir dalam 15 menit sesudah bayi lahir, ulangi penatalaksanaan aktif persalinan kala III dengan memberikan oksitosin 10 IU IM dan teruskan penegangan tali pusat terkendali dengan hati-hati. Teruskan melakukan penatalaksanaan aktif persalinan kala III 1 5 menit atau lebih, dan jika plasenta masih belum lahir, lakukan penegangan tali pusat terkendali untuk terakhir kalinya. Jika plasenta masih tetap belm lahir dan ibu tidak mengalami perdarahan hebat, rujuk segera ke rumah sakit atau puskesmas terdekat
4.      Bila terjadi perdarahan, maka plasenta harus segera dilahirkan secra manual. Bila tidak terjadi lakukan rujukan segera
5.      Berikan cairan IV : NaCl 0,9% atau RL dengan tetesan cepat jarum berlubang besar ( 16 atau 18 G ), untuk mengganti cairan tubuh yang hilang sampai nadi dan tekanan darah membaik atau kembali normal
6.      Siapkan peralatan untuk melakukan teknik manual, yang harus dilakukan secara aseptic
7.      Baringkan ibu terlentang dengan lutut ditekuk dan kedua kaki di tempat tidur
8.      Jelaskan kepada ibu apa yang akan dilakukan dan jika ada berikan cairan diazepam 10 mg IV
9.      Cuci tangan sampai kebagian siku dengan sabun, air bersih yang mengalir dan handuk bersih, gunakan sarung tangan panjang steril/ DTT. ( Hal ini untuk melindungi iub dan bidan terhadap infeksi )
10.  Masukkan tangan kanan dengan hati-hati. Jaga agar jari-jari tetap merapat dan melengkung, mengikuti tali pusat sampai mencapai plasenta. ( pegang tali pusat dengan tangan kiri untuk membantu )
11.  Ketika tangan kanan sudah mencapai plasenta, letakkan tangan kiri di atas fundus agar uterus tidak naik. Dengan tangan kanan yang berada di dalam uterus, carilah tepi plasenta terlepas, telapak tangan kanan menghadap ke atas lalu lakukan gerakan mengikis ke samping untuk melepaskan palsenta dari dinding uterus
12.  Bila plasenta sudah terlepas dengan lengkap, keluarkan plasenta dengan hati-hati dan perlahan. ( jangan hanya memegang sebagian plasenta dan menariknya keluar )
13.  Bila plasenta sudah lahir, segera lakukan masase uterus. Bila tidak ada kontraksi, liaht standar 21
14.  Periksa plasenta dan selaputnya. Jika tidak lengkap periksa lagi cavum uteri dan keluarkan potongan plasenta yang tertinggal, dengan cara seperti di atas
15.  Periksa rov=bekan terhadap vagina. Jahit robekan bila perlu. ( penelitian menunjukkan bahwa hanya robekan yang menimbulkan perdarahan yang perlu dijahit )
16.  Bersihkan ibu agar merasa nyaman
17.  Jika tidak yakin plasenta sudah keluar semua atau jika perdarahan tidak terkendali, maka rujuk ibu ke ruma sakit dengan segera ( lihat standar 21 )
18.  Buat pencatatan yang akurat

Tidak ada komentar:

Posting Komentar