Jumat, 11 April 2014

STANDAR 21 : PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER



STANDAR 21 : PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER
TUJUAN
Mengenali dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer/ atonia uteri
PERNYATAAN STANDAR
Bidan mampu mengenali perdarahan yang berlebihab dalam 24 jam pertama setelah persalinan ( perdarahan postpartum primer ) dan segera melakukan pertolongan pertama kegawatdaruratan untuk mengendalikan perdarahan
HASIL
·         Penurunan kematian dan kesakitan ibu akibat perdarahan postpartum primer
·         Meningkatnya pemanfaatan pelayanan bidan
·         Rujukan secara dini untuk ibu yang mengalami perdarahan postpartum primer ke tempat rujukan yang memadai ( rumah sakit atau puskesmas )
PRASYARAT
1.      Bidan terlatih dan teramoil dalam mengenali perdarahan postpartum termasuk pemberian obat oksitosika dan cairan IV, kompresi uteri bimanual dan kompresi aorta
2.      Tersedinya peralatan perlengkapan penting yang diperlukan dalam kondisi DTT/ steril ( misalnya klem arteri, alat untuk penjahitan, benang jahit, set infus dengan jarum berukuran 16 atau 18 G, alat suntik sekali pakai, cairan IV, sarung tangan, kateter urine dari karet ) dalam keadaan siap pakai
3.      Tersedianya obat antibiotika dan oksitosika, serta tempat penyimpanan yang memadai
4.      Tersedianya saran pencatatan : kartu ibu, partograf
5.      Tersedianya transportasi untuk merujuk ibu direncanakan
6.      Siste rujukan yan efektif untuk perawatan kegawatdaruratan obstetric dan fasilitas bank darah berfungsi dengan baik untuk merawat ibu yang mengalami perdarahan postpartum
PROSES
Bidan harus :
1.      Periksa gejala dan tana perdarahan postpartum primer. Perdarahan dari vagina sesudah bayi lahir yang lebih dari 500cc, atau perdarahan seberapapun dengan gejala dan tanda-tanda syok, dianggap sebagai perdarahan postpartum. Keadaan ini perlu segera dirujuk ke rumah sakit
2.      Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dilahirkan, lakukan masase uterus supaya berkontraksi ( maksimal 15 detik ), untuk mengeluarkan gumpalan darah, sambil melakukan masase fundus uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasent utuh dan lengkap
3.      Selalu mencuci tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir sebelum memberikan perawatan. Gunakan sarung tangan DTT/ steril untuk semua periksa dalam, dan gunakan sarung tangan bersih kapanpun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh
4.      Jika perdarahan terus terjadi dan uterus teraba berkontraksi baik :
4.1  berikan 10 nit oksitosin IM
4.2  jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, dengan menggunakan teknik aseptic, pasang kateter ke dalam kandung kemih ( menggunakan kateter karet steril/ DTT )
4.3  Periksa laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu yang terang, jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi. Klem dengan forsep klem arteri dan jahit laserasi dengan menggunakan anestesi local ( lidocain 1% ) menggunakan teknik aseptic. Lihat standar 12 ( laserasi adalah penyebab perdarahan postpartum paling umum nomor 2 )
5.      Jika uterus mengalami atoni, atau perdarahan terus terjadi :
5.1  berikan 10 unit oksitosin IM
5.2  Lakukan masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah. Periksa lagi apakah plasenta utuh dengan teknik aseptic, menggunakan sarung tangan DTT/ steril, usap vagina dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan plasenta atau selaput ketuban yang tertinggal
5.3  Jika kandung kemih ibu bisa dipalpasi, gunakan teknik aseptic untuk memasang katater ke dalam kandung kemih ( menggunakan katater karet steril/ DTT )
5.4  Gunakan saung tangan DTT/ steril, lakukan kompresi bimanual internal maksimal  5 menit atau hingga perdarahan bisa dikendalikan dan uters berkontraki dengan baik ( mana yang terjadi terlebih dulu ). Lihat kotak di bawah ini untuk mengkaji teknik yang tepat.
5.5  Anjurkan keluarga untuk mulai mempersiapkan kemungkinan rujukan
5.6  Jika perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :
-          Teruskan kompresi bimanual selama 1-2 menit atau lebih
-          Keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
-          Pantau kala empat persalinan dengan seksama, termasuk sering melakukan masase uterus untuk memeriksa atoni, mengamati perdarahan dari vagina, tekanan darah dan nadi
5.7  jika perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus :
-          instruksikan salah satu anggota keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna
-          keluarkan tangan dari vagina dengan hati-hati
-          jika tidak ada tanda hipertensii pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM
-          Mulai IV RL 500cc + 20 unit oksitosin menggunakan jarum lubang besar ( 16 atau 18 G ) dengan teknik aseptic
-          Berikan 500cc pertama secepat mungkin, dan teruskan dengan IV RL_ 20 unit oksitosin yang kedua
-          Jika uterus tetap ataoni dan / perdarahan terus berlangsung :
-          Ulangi kompresi bimanual internal
-          Jika uterus berkontraksi, lepaskan tangan anda perlahan-lahan dan pantau kal emapt persalinan dengan cermat
-          Jika uterus tidak berkontraksi, rujuk segera dimana operasi bisa dilakukan
-          Damping ibu ke tempat rujukan. Teruskan infus IV dengan kecepatan 500cc/ jam hingga ibu mendapatkan total 1,5 L dan kemudian turunkan kecepatan hingga 125cc/ jam
6.      Jika ibu menunjukkan tanda dan gejala syok, rujuk segera dan lakukan tindakan berikut ini :
-          Jika IV belum diberikan, mulai berikan dengan instruksi seperti tercantum di atas
-          Pantau dengan cermat tanda-tanda vital ibu ( nadi, tekanan darah, pernafasan ), setiap 15 menit pada saat perjalanan ke tempat rujukan
-          Baringkan ibu dengan posisi miring agar jalan pernafasan ibu tetap terbuka dan meminimalkan risiko aspirasi jika ibu muntah
-          Selimuti ibu, jaga ibu tetap hangat, tapi jangan membuat ibu kepanasan
-          Jika mungkin, naikkan kakinya untuk meningkatkan darah yang kembali ke jantung
7.      Bila perdarahan tetap berlanjut dan kontrksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan terjadi rupture uteri. ( syok cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang Nampak keluar, abdomen teraba keras, dan fundus mulai naik ). Hal ini  juga memerlukan rujukan segera ke rumah sakit
8.      Bila kompresi bimanual pada uterus tidak berhasil, cobalah kompresi aorta. Cara ini dilakukan pada keadaan darurat, sementara penyebab perdarahan sedang dicari
9.      Perkirakan jumlah darh yang keluar dan cek dengan teratur denyu nadi, pernafasan, dan tekanan darah
10.  Buat catatan yang seksama tentang semua penilaian, semua tindakan yang dilakukan, dan semua pengobatan yang diberikan. Termasuk saat pencatatan
11.  Jika syok tidak dapat diperbaiki, maka segera dirujuk. Keterlambatan akan berbahaya
12.  Jika perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati dengan ketat untuk tanda dan gejala infeksi. Berikan antibiotika jika terjadi tanda-tanda infeksi. ( gunakan antibiotika berspektrum luas, misalnya ampisilin 1 gr IM, diikuti 500 mg per oral setiap 6 jam ditambah metronidazole 400-500 mg per oral setiap 8 jam selama 5 hari )

Tidak ada komentar:

Posting Komentar