STANDAR
21 : PENANGANAN PERDARAHAN POSTPARTUM PRIMER
TUJUAN
Mengenali
dan mengambil tindakan pertolongan kegawatdaruratan yang tepat pada ibu yang
mengalami perdarahan postpartum primer/ atonia uteri
PERNYATAAN
STANDAR
Bidan
mampu mengenali perdarahan yang berlebihab dalam 24 jam pertama setelah
persalinan ( perdarahan postpartum primer ) dan segera melakukan pertolongan
pertama kegawatdaruratan untuk mengendalikan perdarahan
HASIL
·
Penurunan kematian dan kesakitan
ibu akibat perdarahan postpartum primer
·
Meningkatnya pemanfaatan pelayanan
bidan
·
Rujukan secara dini untuk ibu yang
mengalami perdarahan postpartum primer ke tempat rujukan yang memadai ( rumah
sakit atau puskesmas )
PRASYARAT
1.
Bidan terlatih dan teramoil dalam
mengenali perdarahan postpartum termasuk pemberian obat oksitosika dan cairan
IV, kompresi uteri bimanual dan kompresi aorta
2.
Tersedinya peralatan perlengkapan
penting yang diperlukan dalam kondisi DTT/ steril ( misalnya klem arteri, alat
untuk penjahitan, benang jahit, set infus dengan jarum berukuran 16 atau 18 G,
alat suntik sekali pakai, cairan IV, sarung tangan, kateter urine dari karet )
dalam keadaan siap pakai
3.
Tersedianya obat antibiotika dan
oksitosika, serta tempat penyimpanan yang memadai
4.
Tersedianya saran pencatatan :
kartu ibu, partograf
5.
Tersedianya transportasi untuk
merujuk ibu direncanakan
6.
Siste rujukan yan efektif untuk
perawatan kegawatdaruratan obstetric dan fasilitas bank darah berfungsi dengan
baik untuk merawat ibu yang mengalami perdarahan postpartum
PROSES
Bidan
harus :
1.
Periksa gejala dan tana perdarahan
postpartum primer. Perdarahan dari vagina sesudah bayi lahir yang lebih dari
500cc, atau perdarahan seberapapun dengan gejala dan tanda-tanda syok, dianggap
sebagai perdarahan postpartum. Keadaan ini perlu segera dirujuk ke rumah sakit
2.
Segera setelah plasenta dan selaput
ketuban dilahirkan, lakukan masase uterus supaya berkontraksi ( maksimal 15
detik ), untuk mengeluarkan gumpalan darah, sambil melakukan masase fundus
uteri, periksa plasenta dan selaput ketuban untuk memastikan plasent utuh dan
lengkap
3.
Selalu mencuci tangan dengan sabun
dan air bersih yang mengalir sebelum memberikan perawatan. Gunakan sarung
tangan DTT/ steril untuk semua periksa dalam, dan gunakan sarung tangan bersih
kapanpun menangani benda yang terkontaminasi oleh darah atau cairan tubuh
4.
Jika perdarahan terus terjadi dan
uterus teraba berkontraksi baik :
4.1 berikan
10 nit oksitosin IM
4.2 jika
kandung kemih ibu bisa dipalpasi, dengan menggunakan teknik aseptic, pasang
kateter ke dalam kandung kemih ( menggunakan kateter karet steril/ DTT )
4.3 Periksa
laserasi pada perineum, vagina dan serviks dengan seksama menggunakan lampu
yang terang, jika sumber perdarahan sudah diidentifikasi. Klem dengan forsep
klem arteri dan jahit laserasi dengan menggunakan anestesi local ( lidocain 1%
) menggunakan teknik aseptic. Lihat standar 12 ( laserasi adalah penyebab
perdarahan postpartum paling umum nomor 2 )
5.
Jika uterus mengalami atoni, atau
perdarahan terus terjadi :
5.1 berikan
10 unit oksitosin IM
5.2 Lakukan
masase uterus untuk mengeluarkan gumpalan darah. Periksa lagi apakah plasenta
utuh dengan teknik aseptic, menggunakan sarung tangan DTT/ steril, usap vagina
dan ostium serviks untuk menghilangkan jaringan plasenta atau selaput ketuban
yang tertinggal
5.3 Jika
kandung kemih ibu bisa dipalpasi, gunakan teknik aseptic untuk memasang katater
ke dalam kandung kemih ( menggunakan katater karet steril/ DTT )
5.4 Gunakan
saung tangan DTT/ steril, lakukan kompresi bimanual internal maksimal 5 menit atau hingga perdarahan bisa
dikendalikan dan uters berkontraki dengan baik ( mana yang terjadi terlebih
dulu ). Lihat kotak di bawah ini untuk mengkaji teknik yang tepat.
5.5 Anjurkan
keluarga untuk mulai mempersiapkan kemungkinan rujukan
5.6 Jika
perdarahan dapat dikendalikan dan uterus berkontraksi dengan baik :
-
Teruskan kompresi bimanual selama
1-2 menit atau lebih
-
Keluarkan tangan dari vagina dengan
hati-hati
-
Pantau kala empat persalinan dengan
seksama, termasuk sering melakukan masase uterus untuk memeriksa atoni,
mengamati perdarahan dari vagina, tekanan darah dan nadi
5.7 jika
perdarahan tidak terkendali dan uterus tidak berkontraksi dalam waktu lima
menit setelah dimulainya kompresi bimanual pada uterus :
-
instruksikan salah satu anggota
keluarga untuk melakukan kompresi bimanual eksterna
-
keluarkan tangan dari vagina dengan
hati-hati
-
jika tidak ada tanda hipertensii
pada ibu, berikan metergin 0,2 mg IM
-
Mulai IV RL 500cc + 20 unit
oksitosin menggunakan jarum lubang besar ( 16 atau 18 G ) dengan teknik aseptic
-
Berikan 500cc pertama secepat
mungkin, dan teruskan dengan IV RL_ 20 unit oksitosin yang kedua
-
Jika uterus tetap ataoni dan /
perdarahan terus berlangsung :
-
Ulangi kompresi bimanual internal
-
Jika uterus berkontraksi, lepaskan
tangan anda perlahan-lahan dan pantau kal emapt persalinan dengan cermat
-
Jika uterus tidak berkontraksi,
rujuk segera dimana operasi bisa dilakukan
-
Damping ibu ke tempat rujukan.
Teruskan infus IV dengan kecepatan 500cc/ jam hingga ibu mendapatkan total 1,5
L dan kemudian turunkan kecepatan hingga 125cc/ jam
6.
Jika ibu menunjukkan tanda dan
gejala syok, rujuk segera dan lakukan tindakan berikut ini :
-
Jika IV belum diberikan, mulai
berikan dengan instruksi seperti tercantum di atas
-
Pantau dengan cermat tanda-tanda
vital ibu ( nadi, tekanan darah, pernafasan ), setiap 15 menit pada saat
perjalanan ke tempat rujukan
-
Baringkan ibu dengan posisi miring
agar jalan pernafasan ibu tetap terbuka dan meminimalkan risiko aspirasi jika
ibu muntah
-
Selimuti ibu, jaga ibu tetap
hangat, tapi jangan membuat ibu kepanasan
-
Jika mungkin, naikkan kakinya untuk
meningkatkan darah yang kembali ke jantung
7.
Bila perdarahan tetap berlanjut dan
kontrksi uterus tetap tidak ada, maka kemungkinan terjadi rupture uteri. ( syok
cepat terjadi tidak sebanding dengan darah yang Nampak keluar, abdomen teraba
keras, dan fundus mulai naik ). Hal ini
juga memerlukan rujukan segera ke rumah sakit
8.
Bila kompresi bimanual pada uterus
tidak berhasil, cobalah kompresi aorta. Cara ini dilakukan pada keadaan darurat,
sementara penyebab perdarahan sedang dicari
9.
Perkirakan jumlah darh yang keluar
dan cek dengan teratur denyu nadi, pernafasan, dan tekanan darah
10. Buat
catatan yang seksama tentang semua penilaian, semua tindakan yang dilakukan,
dan semua pengobatan yang diberikan. Termasuk saat pencatatan
11. Jika
syok tidak dapat diperbaiki, maka segera dirujuk. Keterlambatan akan berbahaya
12. Jika
perdarahan berhasil dikendalikan, ibu harus diamati dengan ketat untuk tanda
dan gejala infeksi. Berikan antibiotika jika terjadi tanda-tanda infeksi. (
gunakan antibiotika berspektrum luas, misalnya ampisilin 1 gr IM, diikuti 500
mg per oral setiap 6 jam ditambah metronidazole 400-500 mg per oral setiap 8
jam selama 5 hari )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar